Mohon tunggu...
Sofia Grace
Sofia Grace Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang ibu rumah tangga yang hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Menggeluti dunia kepenulisan sejak bulan Oktober 2020. Suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Berharap semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petuah Eyang (1)

28 Juli 2022   20:15 Diperbarui: 28 Juli 2022   20:24 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keahliannya memasak dan membuat kue seringkali diunggah di dunia maya seperti Instagram maupun YouTube, dan memperoleh apresiasi yang luar biasa dari para netizen. Teman-temannya banyak yang berasal dari kalangan orang kaya-raya dan kerap mengadakan arisan maupun persekutuan doa bergiliran di rumah-rumah mereka. Lambat-laun status Tante Karin terangkat menjadi salah seorang sosialita yang cukup berpengaruh di kota ini.

Kondisi tanteku yang glamor sungguh berbanding terbalik dengan ibuku yang pendiam dan sederhana. Sebenarnya Mama lebih cantik dan lembut, namun beliau jenis orang yang tidak suka menonjolkan diri. Teman-temannya tidak banyak, hanya sebatas kawan-kawan baik di masa sekolah dulu dan tetangga-tetangga dekat. Bahkan dahulu ketika aku masih kecil dan diantarnya setiap hari berangkat ke sekolah, ibuku jarang sekali bergosip-ria dengan ibu-ibu lainnya yang menunggu di sekolah. Wanita berambut lurus dan berwarna hitam legam itu lebih suka langsung pulang kembali ke rumah dan melakukan pekerjaan rumah tangga sembari menunggu waktu untuk menjemputku kembali.

Mama dapat membuat masakan maupun jajanan rumahan alakadarnya. Aku dan Papa sudah merasa cukup puas menikmati hasil kreasinya. Namun beberapa kali kudengar Eyang menyindir bahwa hasil karya Tante Karin lebih lezat dan sedap dipandang mata. Mama selalu diam saja setiap kali ibu kandungnya itu berkata demikian.

Ah, bagaimana mungkin aku bisa mengharapkan pembelaan dari ibuku kalau dia sendiri bahkan tidak mampu membela dirinya di hadapan Eyang? keluhku dalam hati. Benar-benar tidak ada jalan lain kecuali menebalkan telinga dan menabahkan hati demi menjaga keharmonisan keluarga.

Hingga pada suatu siang, Martha tiba-tiba datang menjemputku di rumah dan mengajak pergi ke suatu tempat untuk berbicara. Wajahnya tampak kuyu dan matanya sembab seperti habis menangis sepanjang siang dan malam. Tiba-tiba adik sepupuku itu menghentikan mobilnya di samping taman umum komplek perumahanku. "Orang tuaku akan bercerai...," ujarnya lirih. Sorot mata gadis itu tampak sendu dan berkaca-kaca.

Aku luar biasa terkejut. Selama ini keluarga mereka terlihat rukun dan harmonis. Foto-foto keluarga yang mesra seringkali diunggah di akun media sosial tanteku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun