Mohon tunggu...
Sofia Grace
Sofia Grace Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang ibu rumah tangga yang hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Menggeluti dunia kepenulisan sejak bulan Oktober 2020. Suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Berharap semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harapan Dinda (2 - Selesai)

26 Juli 2022   16:18 Diperbarui: 26 Juli 2022   16:23 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Betul, Bu. Pelan-pelan kakak ipar Evan mulai mempengaruhi suaminya untuk menjual semua aset mendiang ibunya dan kembali tinggal di Amerika. Dia bilang tidak betah tinggal di sini dan kedua anak mereka takut melihat Evan yang suka tertawa-tertawa dan bicara sendiri, juga tantrum tanpa sebab. Padahal saya tahu Evan kembali berulah karena sangat merindukan ibunya...."

Dinda mengeluarkan sebungkus tisu kecil dari dalam tasnya dan diberikannya kepada suster yang mulai berlinangan air mata. Pengasuh Evan itu menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Kemudian ia melanjutkan ceritanya, "Tiga hari lagi saya akan dipulangkan ke desa dan Evan dimasukkan ke sebuah panti di Solo...."

Dinda tersentak.

"Solo? Jauh sekali...."

Kedua matanya mulai berkaca-kaca memikirkan nasib pemuda malang itu. "Kakak Evan dan istrinya sudah mencari-cari ke mana-mana dan mereka paling sreg di tempat itu. Saya pernah diajak ke sana. Tempatnya memang bersih, rapi, dan memiliki fasilitas terapi yang memadai. Karyawan-karyawan di sana tampak ahli di bidangnya. Orang-orang berkebutuhan khusus di sana kelihatannya diperlakukan dengan baik. Tetapi...entahlah, Bu. Saya kok tetap merasa lebih baik orang-orang seperti Evan dirawat oleh keluarganya sendiri. Tetapi kakak kandungnya sendiri bahkan tidak tahu dan tidak mau belajar tentang cara yang tepat untuk menghadapi Evan. Mereka seperti orang asing, tidak mempunyai rasa persaudaraan yang erat. Mungkin karena sudah lama sekali tinggal terpisah. Dan sepertinya ia merasa malu memiliki adik yang berbeda seperti Evan...."

Hati Dinda bagaikan teriris sembilu mendengarkan penuturan pilu wanita di hadapannya.

***

Keesokan harinya Dinda bercerita tentang Evan kepada Asri. Sahabatnya itu kelihatan turut terenyuh mendengarkan nasib pemuda malang tersebut.

"Sepertinya Tuhan sudah memberikan jawaban dimana sekolah yang cocok untuk Fany tahun ajaran depan," ucap Dinda lirih.

Asri mengangguk tanda mengerti. Digenggamnya tangan Dinda dan berkata, "Meskipun Fany tidak lagi bersekolah di sini, kita toh masih bisa bertemu di sela-sela anak-anak sekolah. Aku dengan sepenuh hati mendukung apapun keputusanmu, Din. Maafkan aku kemarin membuatmu bimbang. Mungkin memang sebaiknya kedua anakmu dimasukkan di sekolah yang sama."

Dinda mengangguk pelan. "Dulu Fany kusekolahkan di sini karena aku ingin membandingkan kualitasnya dengan sekolah Viola. Dan ternyata kulihat kualitas sekolah Viola tidak buruk, meskipun kalah dari segi fasilitas dan jumlah murid. Kini setelah mendengar kisah tentang Evan, aku semakin mantap menyatukan kedua anakku di sekolah yang sama. Harapanku adalah semakin sering bersama, kedua anakku semakin tak terpisahkan. Di sekolah itu ada beberapa anak autis, ADHD, down syndromme, dan lain-lain. Bersekolah di sana selama enam tahun akan membuat Fany merasa terbiasa berada di lingkungan orang-orang dengan kondisi berbeda. Semoga hal itu bisa membuatnya semakin menerima keadaan kakaknya apa adanya. Dan tali persaudaraan mereka semakin erat. Juga rasa kasih sayang diantara mereka tidak pernah pudar...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun