Mohon tunggu...
Soffy Pratamalasari
Soffy Pratamalasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa hubungan internasional/Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik/Universitas Jember

saya ingin pergi jauh dan mendatangi tempat tempat yang bisa membuat saya tenang dengan mendengarkan beberapa genre musik yang saya sukai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Buruh dalam Belenggu Kapitalisme

13 Maret 2023   23:26 Diperbarui: 13 Maret 2023   23:28 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada abad ini, kapitalisme didefisinikan sebagai modernitas. Modernitas merupakan istilah penanda era modern yang digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial budaya, sikap dan aktivitas yang telah mengalami perubahan. Modernitas memang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Modernitas ditandani dengan pembaharuan barang barang, modal, orang dan informasi dalam masyarakat baik di negara maju maupun berkembang. 

Globalisasi menjadi salah satu indikasi kapitalisme berkembang, hal ini menjadi awal mula pemikiran kaum intelektual untuk melakukan penekanan pada kepentingan kaum mereka dalam segala aspek. 

Dengan adanya perkembangan kapitalisme global yang semakin kompleks, hal ini menjadi pemicu utama kaum kapitalis menciptakan masyarakat liberal yang identik dengan pasar bebas yang mencakup valuta dan pasar modal. 

Semakin modern masyarakat maka akan memunculkan banyak ketimpangan salah satunya kaum kapitalis semakin serakah dan menindas kaum buruh, dan semakin tidak manusiawi dimana kerap terjadi pelanggaran hak asasi manusia dan penyelewengan kekuasaan. 

Hal ini bisa terjadi dikarenakan masyarakat miskin akan dikalahkan oleh majikan yang menguasai sumber daya ekonomi. Karena pada dasarnya ekonomi pertumbuhan adalah sifat utama masyarakat pasar kapitalism.

Kapitalisme sering kali disebut sebagai vampir, karena kapitalisme sejak dahulu tidak pernah tenggelam akan jaman.  Hal ini bisa terjadi karena kapitalis selalu mengikuti kebutuhan zaman dan lingkungannya yang mengantar manusia menuju gerbang modernisasi namun juga bisa menjadi boomerang. 

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi politik yang didasari pada hak milik pribadi yang bertujuan untuk kepentingan perorangan tanpa melihat efeknya terhadap sekitar atau kebutuhan masyarakat. Hingga saat ini kapitalisme sering kali dikenal sebagai kapitalisme global.

Kapitalisme sangat erat kaitannya dengan dunia industri, yang didasarkan pada kepemilikan barang pribadi atas alat alat produksi, distribusi, dan kebebasan dalam pasar serta persaingan. Karena sudah menjadi ciri khusus bahwa kapitalisme adalah pemilik modal, yang didasari atas kepemilikan individu, persaingan usaha, dan rasionalitas. 

Sistem kapitalisme lebih mengutamakan modal sebagai pilar utama dalam kegiatan perekonomian, dengan asumsi tanpa adanya modal maka kegiatan perdagangan (produksi) tidak akan berjalan serta mengagap buruh kedudukannya sama dengan produksi lainnya. Saat ini sistem kapitalism masih menonjolkan bahwa buruh masih bergantung pada pemilik modal.

Sistem ekonomi kapitalisme merupakan kebebasan yang tidak ada batasannya dan tanpa campur tangan dari pihak pemerintahan (negara). Kebebasan ini menimbulkan banyak cara untuk mendapatkan harta yang mereka inginkan dengan berbagai cara. 

Salah satunya dengan cara persaingan pasar bebas. Dalam persaingan pasar bebas, kaum buruh akan semakin meningkat sedangkan perusahaan akan semakin mengecil. 

Terbatasnya perusahaan menyebabkan kaum buruh akan menurunkan daya tawar serta harga tenaga kerja dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan dan upah. Dengan demikian kaum buruh akan mengalami penindasan sedangkan kaum kapitalis semakin serakah.

Saat ini terutama di Indonesia, sistem perindustrian disetir oleh kaum kapitalis. Dalam ekonomi kapitalisme, komoditi sangat dibutuhkan karena merupakan hasil akhir dalam kegiatan produksi. 

Seperti yang dikatakan oleh Karl Marx, tokoh penentang kapitalisme dimana hubungan pemilik modal dan buruh selayaknya transaksi jual beli komoditi. Dimana buruh menjual tenaganya kepada pemilik modal, sedangkan pemilik modal menukar tenaga mereka dengan upah minimum yang telah ditentukan majikannya. 

Dalam hal ini manipulasi kapitalis berperan penting dan sangat jelas terlihat, karena mereka menentukan waktu kerja yang panjang dengan tujuan untuk mempertahankan perusahaannya dan para buruh diberi upah untuk keterlangsungan hidupnya yang besaran upahnya disesuaikan atas standar hidup minimum daerah tempat buruh bekerja. 

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya para buruh diperbudak atas keinginnya yang sudah dibentuk oleh para kapitalis. Hal ini tentunya menimbulkan sedikit kegaduhan antara buruh dan pemilik modal, yang disebabkan pemberian gaji hanya berdasarkan pada biaya hidup. Dengan kata lain buruh tidak mendapatkan gaji yang sesungguhnya karena hanya mendapatkan sesuai dengan upah minimum. Dan jika buruh meminta kenaikan upah, terkadang para buruh akan di PHK secara paksa.

Dengan kenyataan tersebut dalam sistem kapitalisme, konsep hak tidak terbatas dalam kebebasan ekonomi yang tidak terkontrol menimbulkan eksploitasi dan penindasan terutama pada kaum buruh. Ini bisa diartikan sebagai majikan menindas bawahan, buruh dicetak sebagai bagian dari metafora mesin, yang artinya upah diberikan kepada buruh hanya sebatas sebagai biaya timbal balik atas produktivitas yang dihasilkan. 

Dimana buruh yang menciptakan nilai suatu barang dari atas apa yang mereka ciptakan, tetapi kapitalis mencuri nilai tersebut. Tentunya hal tersebut merugikan pihak buruh. Kesejahteraan buruh selalu dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak, salah satunya kaum kapitalism. 

Dalam kebijakan upah minimum buruh, justru menguntungkang pihak pemilik modal. Pasalnya upah buruh tidak setimpal dengan tuntutan jam bekerja. Ironinya fenomena ini terjadi pada Indonesia, padahal di luar sana Indonesia sedang di puji puji atas pencapaian pertumbuhan ekonominya.

Dalam kapitalisme, buruh merupakan aset pencapaian keuntungan yang sangat besar, karena buruh merupakan salah satu komponen produksi yang sama halnya dengan komponen lainnya, sehingga para pemodal akan menekan upah buruh serendah rendahnya. 

Ditambah lagi tenaga kerja yang terlalu banyak menyebabkan tidak seimbangnya antara perusahaan dan tenaga kerja. Hal ini juga didasari pertumbuhan ekonomi yang rendah, yang menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya banyak diluar proses produksi.

Jika maksimiasi menjadi tujuan suatu perusahaan maka hal tersebut tidaklah seimbang bagi karyawan (buruh), karena karyawan hanya dijadikan sebagai alat penghasil suatu barang saja. Ini jelas tidak menghargai karyawan dan tidak adanya kemanusiaan. 

Namun hal ini sesuai dengan kacamata kapitalis, bahwa buruh atau tenaga kerja hanya sebatas menunjang faktor ekonomi saja, sehingga nilai buruh dapat dilihat dari seberapa dia melakukan pekerjaannya sesuai dengan kebutuhan pasar. Hingga upah yang diberikan kepada buruh tergantung pada supply dan demand pasar. Padahal kenyataannya supply dan demand tidak selamanya lebih tinggi supply. 

Dalam kaum kapitalism, berlakunya dimana pemilik modal yang dapat bertahan dan berkembang secara pesat dalam perekonoman maka merekalah yang berkuasa. 

Sedangkan bagi mereka (perusahaan) yang kurang kuat dan hanya memegang modal kecil dan orang orang lemah harus terpental keluar karena kalah saing dengan yang mempunyai modal besar. Dan jika mereka tetap bertahan, maka mereka harus menjadi ekor bagi yang berkuasa tersebut. Itu tidak hanya berlaku bagi buruh, negara pun jika harus tunduk maka harus tunduk.

Terutama pada masa revolusi industri keempat, dimana revolusi teknologi yang membuat semua kegiatan menjadi instan dan otomatis, yang awalnya pekerjaan dilakukan dengan tangan manusia beralih menggunakan robot yang bisa dibilang lebih efektif. Hal ini membuat keperluan atas dasar sumber daya manusia perlahan menghilang, menyebabkan dunia kerja kacau. 

Banyak buruh yang tidak bekerja sehingga majikan dapat semena mena dalam proses pemberian upah terhadap buruh agar tetap dapat  bekerja. Hingga saat ini problematikan upah buruh masih susah terselesaikan. Konsep kapitalis memberikan pemahaman bahwa pertumbuhan ekonomi lebih penting dan diperhatikan ketimbang pemerataan ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun