Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sisi Kelam Prof. Sulaeman Badil

3 Februari 2025   09:51 Diperbarui: 3 Februari 2025   15:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budi teringat kembali curhat sosok yang dihormatinya  dengan gelisah ...

Sekali lagi kutulis  isi pikiran Budi ...

Kenyataan pahit yang baru terungkap setelah kepergian sang Profesor. Siapa sangka, hidup Prof. Sulaeman Badil berakhir tragis.

Terungkap bahwa beliau mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari anak-anak tirinya, dan yang lebih mengejutkan, beliau telah menjual rumahnya,  demi janda yang memikat nafsunya.

Tega menelantarkan tiga anak kandung dan ibu mereka.

Bahkan, di masa-masa terakhir hidupnya, beliau jatuh tersungkur di depan sebuah warung tegal dengan pakaian yang tak layak, Meregang nafas di tempat ia numpang tidur selama dua bulan terakhir.

Budi bergumam dalam hati, "Betapapun itu. Kita jangan pernah menghakimi seseorang, selagi kita bukan hakim. Ingatlah, betapa baiknya seseorang, ia tetaplah manusia yang memiliki sisi kelam."

Hari ini, di tengah kesedihan, Budi belajar bahwa tak ada manusia yang sempurna.

Bahwa di balik setiap kebaikan, mungkin tersembunyi luka yang dalam, rahasia yang gelap. Dan justru karena itu, kita harus lebih banyak belajar memaafkan, memahami, dan menyadari bahwa setiap orang sedang berjuang dengan beban hidupnya masing-masing.

"Terima kasih, Prof, selamat jalan ..."

Budi berbisik pada dirinya sendiri di antara kerumunan pengantar jenasah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun