Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Bayang-Bayang di Balik Gedung Tinggi

19 Januari 2025   14:53 Diperbarui: 19 Januari 2025   14:53 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santo tak menjawab. Matanya berkaca-kaca.

"Rasulullah bersabda," lanjut Jimin dengan suara bergetar, "'Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram.' Segala yang bikin kita lupa diri itu berbahaya, To. Termasuk rokok. Jangan biarkan masalah bikin kamu hancur pelan-pelan. Kamu masih punya kesempatan buat berubah."

Air mata Santo akhirnya jatuh. Ia mengangkat wajah, menatap Jimin dengan pandangan yang berbeda --- seolah baru menyadari kegelapan yang selama ini menyelimutinya.

"Min... aku takut. Takut terlambat."  Santo tiba-tiba ingat peristiwa di SMP dulu; ayahnya dipanggil Kepala Sekolah  karena nunggak bayar SPP. Padahal uang-nya sudah dihabiskannya untuk beli rokok. "Astaqfirrullah ..."  gumamnya.

"Tidak ada kata terlambat kalau kamu mau berusaha. Ayo kita mulai sedikit demi sedikit. Aku bakal bantu. Kamu nggak sendirian."

Angin lembut masuk lewat jendela yang terbuka setengah. Suara klakson dari jalan raya yang sibuk terdengar jauh, seperti nyanyian kota yang tak pernah tidur. Di dalam kamar sempit itu, antara doa dan air mata, dua sahabat saling berbagi harapan dalam kesunyian yang penuh makna.

***

*Kesimpulan*

Kisah ini menggambarkan perjuangan hidup di tempat yang sering terlupakan --- kawasan kumuh di balik kemewahan kota.

Di sana, banyak orang terjebak dalam kebiasaan buruk sebagai pelarian dari beban hidup.
Namun, di balik setiap kesulitan, selalu ada jalan untuk kembali dan berubah, terutama dengan dukungan dari mereka yang peduli.

*Saran*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun