Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sandal, Bruno Salim, dan Misteri Waktu

3 Januari 2025   08:24 Diperbarui: 3 Januari 2025   08:24 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Firman tertegun. Dia menunduk, melihat sandal usangnya yang sudah penuh jahitan. "Pak Haji, ini sandal saya. Sudah lama saya pakai. Lihat ini, ada bekas jahitan reparasi."

Namun, Bruno tidak percaya. "Omong kosong! Anak muda zaman sekarang, hafal Al-Qur'an bukan berarti bebas dari dosa. Kamu pikir karena sering jadi imam, kamu bisa curi-curi begitu saja?"

Firman menarik napas panjang. "Pak Haji, saya tidak pernah mencuri. Kalau Bapak tidak percaya, lihat sendiri. Jahitannya jelas."

Hasan mencoba menengahi. "Pak Haji, sabar dulu. Jangan langsung menuduh. Firman ini anak baik. Saya yakin dia nggak mungkin berbuat begitu."

Namun, Bruno tak peduli. "Hasan, kamu ini jangan membela yang salah. Sandal itu baru saya beli, dan modelnya sama persis. Ini bukan masalah kecil!"

Firman melepas sandalnya dan menyerahkannya kepada Bruno. "Silakan periksa sendiri, Pak Haji. Kalau ini benar sandal Bapak, saya akan minta maaf."

Bruno memeriksa sandal itu. Bekas jahitan reparasi jelas terlihat di bagian belakang. Warnanya pun sudah pudar. Bruno terdiam, wajahnya berubah dari merah menjadi pucat. Namun, gengsi yang terlalu besar membuatnya sulit mengucapkan kata maaf.

"Yah... mungkin ada yang salah ambil. Tapi tetap saja, sandal saya hilang! Ini bukan soal remeh!" katanya sambil membalikkan badan.

Firman tersenyum kecil, lalu mengenakan kembali sandalnya. Hasan menggeleng pelan, dan Amir hanya menghela napas panjang.

***

Bruno yang amat  kesal duduk di pojok masjid, mengusap dagunya dengan gelisah. Di sudut lain, Amir mulai menyapu lantai, Hasan duduk bersandar, sementara Firman berdiri di depan pintu, menikmati sisa embun pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun