Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kesederhanaan Tak Mubazir, Kekayaan Sesungguhnya

10 November 2024   09:37 Diperbarui: 10 November 2024   09:40 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sela-sela kesibukan mereka mengawasi jalan bisnisnya, Rahmad dan Rinda rutin mengunjungi perpustakaan kota. Bagi mereka, membaca dan belajar adalah bagian penting dari perjalanan hidup.

Hari itu, saat mereka sedang membaca buku di salah satu sudut perpustakaan, ada tiga remaja.
Seorang diantaranya sering mereka temui, dia datang menghampiri.

"Kenalkan, ..
 Saya Sandymar -  Dymar. Kak Rahmad, Kak Rinda, bolehkah aku minta foto bersama ?", tanpa banyak omong, mereka menatap lensa kamera di gawai remaja itu. Selfi.

"Kakak, kenapa kakak sering datang ke sini? Kakak dari keluarga sangat kaya, tentu  di rumah punya perpustakaan pribadi?" ,  tanya remaja itu dengan nada ingin tahu.

Rahmad tersenyum bijaksana, "Kaya atau tidak, tidak ada kaitannya dengan datang ke Perpustakaan untuk belajar. Apalagi, di sini koleksinya lengkap. Selalu ada buku terbitan terbaru".

"Tapi , ... Kakak 'kan mampu untuk selalu beli buku baru ?!", celetuk remaja itu. Rinda dan Rahmad hanya tersenyum.

Remaja itu tak mengerti, bahwa ke Perpustakaan bagi pasangan itu tak sekedar tentang baca buku, tetapi juga rekreasi sekaligus "healing".  

"Kakak, menurut Kakak  seberapa penting Perpustakaan itu ?"

"Kalian tahu, Perpustakaan itu gudang ilmu pengetahuan,... Bagiku, pengetahuan itu tak ternilai harganya. Barang-barang mahal bisa hilang, tapi ilmu dan kebijaksanaan tidak pernah luntur."

Remaja itu tampak kagum. "Wah, aku tidak pernah berpikir seperti itu sebelumnya."

Rinda pun setengah berbisik menambahkan, "Dan kalau ilmu yang kita miliki bisa membantu orang lain, bukankah itu jauh lebih membahagiakan daripada pamer barang mewah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun