Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kesederhanaan Tak Mubazir, Kekayaan Sesungguhnya

10 November 2024   09:37 Diperbarui: 10 November 2024   09:40 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jleb ! Ibu Melda tersentak mendengar jawaban Rinda, tapi kini jadi tampak kagum.

"Hebat sekali prinsip kalian. Saya kira, hanya sedikit orang kaya yang memiliki keberanian untuk hidup seperti kalian." , mata ibu Melda kembali menjelajah, mengamati tas  dan pakaian yang dikenakan Rinda.

Sementara itu, di sudut ruangan lain, seorang peserta pria yang mendengar percakapan tadi mencibir,

"Memang hidup sederhana bagus, tapi kalau sudah punya harta, kenapa mesti sembunyikan? Buat apa kaya kalau akhirnya tidak dinikmati?"

Komentar itu sampai juga di telinga Rahmad, namun dia hanya tersenyum dan memutuskan untuk tidak menanggapinya.

Setelah acara usai, mereka kembali ke rumah dan membicarakan apa yang mereka alami hari itu. Sejatinya kejadian yang seperti itu, bukan baru kali ini saja.

"Banyak yang masih tidak memahami, ya, Mas?" Rinda tersenyum kecil sambil menyiapkan teh untuk mereka.

Rahmad tertawa, "Iya, mungkin memang begitulah. Mereka punya pandangan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang harus selalu ditunjukkan. Dijadikan atribut status sosial. Kita mungkin terlihat aneh di mata mereka."

Rinda memandangi Rahmad dengan lembut.

"Kita tidak perlu validasi dari mereka, Mas. Yang penting, kita menjalani hidup dengan bahagia, dan berusaha memberi manfaat bagi orang lain."

Rahmad mengangguk. "Dan aku senang, kita memiliki waktu untuk terus belajar dan memberi. Karena itulah kekayaan yang sesungguhnya bagi kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun