Mereka mungkin berperilaku buruk hanya untuk mendapatkan respons dari orang tua, meskipun pada akhirnya respons tersebut berupa kemarahan atau hukuman.
2. Pola Asuh yang Tidak Konsisten
Ketidakselarasan dalam mendidik anak, seperti penerapan disiplin yang tidak konsisten, bisa membuat anak bingung tentang apa yang benar dan salah.
Misalnya, jika satu kali perilaku buruk anak dibiarkan, namun di lain waktu dihukum keras, ini akan menimbulkan ketidakpastian pada diri anak mengenai batasan perilaku yang diharapkan.Â
Suatu waktu dibiarkan bahkan diijinkan memainkan perangkat dapur , dikesempatan lain dilarang.
Mestinya, hal-hal yang bukan mainan, Â sejak awal tidak boleh dijadikan mainan. Orangtua harus konsisten.
3. Lingkungan yang Kasar dan Keras
Lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan, baik fisik maupun verbal, dapat menyebabkan anak meniru perilaku kasar tersebut.
Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar, sehingga ketika mereka tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan dan barbar, ... besar kemungkinan mereka akan mengadopsi perilaku tersebut dan menjadi pembangkang.
4. Orang Tua yang Temperamen dan Moody
Orang tua yang memiliki sifat temperamental dan sering moody (mudah berubah suasana hati), juga dapat memengaruhi perilaku anak.Â
Anak-anak belajar berprilaku dengan mengamati bagaimana orang tua mereka mengelola emosi dan menghadapi situasi.
Jika orang tua sering tiba-tiba marah-marah, membentak, mengancam, melempar, memukul, tanpa alasan yang masuk akal dan jelas, atau menunjukkan emosi yang tidak stabil, anak akan cenderung meniru perilaku tersebut.Â
Akibatnya anak menjadi sulit dikendalikan.