Biasanya, ia hanya melewati pos itu tanpa menyapa  tanpa senyum. Namun, sore ini,  terdorong untuk melanjutkan eksperimen pujiannya.
Sang satpam, seorang pria paruh baya -katanya- Â pensiunan pasukan komando. Dia selalu tampak tegas dan serius, berdiri di depan pos dengan wajah tenang.
Saat laju ojek Lestari mendekatinya, dia pun berkata, "Pak Satpam, luar biasa ya, selalu siap jaga. Terima kasih sudah menjaga lingkungan kita dengan baik."
Si satpam yang biasanya tak banyak bicara, tersenyum lebar dan mengangguk.
"Sama-sama, Bu. Ibu juga hati-hati ya."
Lestari semakin takjub dengan hasil eksperimennya.
Pujian-pujian sederhana ini benar-benar membawa kebahagiaan kecil yang mungkin sebelumnya tak ia duga.
Tapi eksperimennya belum selesai. Setibanya di rumah, ia masih ingat satu orang lagi yang ingin ia puji---pembantu rumah tangganya, Mbok Sri. Mbok Sri sudah bekerja cukup lama di rumah Lestari, namun dia terkenal pendiam dan jarang sekali tersenyum. Meski begitu, pekerjaannya selalu rapi dan tepat waktu.
Lestari mendekati Mbok Sri yang sedang membersihkan dapur, dan dengan nada tulus ia berkata, "Mbok Sri, terima kasih ya. Rumah jadi rapi dan nyaman karena Mbak. Hebat sekali Mbak selalu teliti." Mbok Sri, yang biasanya tak menanggapi banyak percakapan, menoleh perlahan dan tersenyum. Itu mungkin senyum pertama yang pernah Lestari lihat bulan itu dari Mbok Sri. "Terima kasih, Bu," jawab Mbok Sri singkat, tapi penuh makna.
Lestari tersenyum puas. Ternyata, kebaikan bisa disebarkan dengan hal yang sangat sederhana, tanpa dan hasilnya luar biasa.
*Kesimpulan*:
Lestari akhirnya menyadari bahwa menyebarkan kebaikan, melalui pujian sederhana bisa menjadi hal yang sangat efektif.