Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pergumulan Batin Seorang Istri

27 September 2024   02:21 Diperbarui: 27 September 2024   03:06 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini yang Rudi rasakan baik-baik saja. Aira yang kenes, selalu bersemangat menceritakan perkembangan anak-anak asuh di Panti milik mereka.

Bagi Rudi, anak-anak itu pemicu semangatnya berpraktek dan bisnis jasa rumah sakit.

Dia tak pernah mempersalahkan Aira yang tak kunjung hamil. Dan memang tak mungkin bisa hamil,  begitu vonis dari 3 Profesor dari Universitas yang berbeda. Salah satunya di Eropa. Jerman.

Aira, tak bisa menghasilkan Ovum, untuk dibuahi.

Rudi ikhlas dengan keadaan itu. Meski ada suara-suara sumbang dari kalangannya sendiri.

Apa hendak dikata, ujungnya seperti ini. Aira, cinta sejatinya ...

Rudi merasa hancur. Ia merasa telah memberikan segalanya untuk Aira, tapi ternyata ada banyak hal yang terlewatkan. Perhatiannya lebih pada pekerjaan, bukan pada perasaan Aira.

Ia teringat nasihat yang pernah diberikannya kepada adik iparnya, Doddy.

"Lepaskan saja, relakan dia,"  katanya saat itu. Tapi sekarang, nasihat itu justru memantul, kembali dan menghantuinya.

Rudi berdiri di depan cermin. Ia melihat bayangan dirinya yang lelah dan penuh penyesalan.

Kata-kata yang dulu ia ucapkan untuk orang lain, kini menjadi pelajaran untuk dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun