Selama ini yang Rudi rasakan baik-baik saja. Aira yang kenes, selalu bersemangat menceritakan perkembangan anak-anak asuh di Panti milik mereka.
Bagi Rudi, anak-anak itu pemicu semangatnya berpraktek dan bisnis jasa rumah sakit.
Dia tak pernah mempersalahkan Aira yang tak kunjung hamil. Dan memang tak mungkin bisa hamil, Â begitu vonis dari 3 Profesor dari Universitas yang berbeda. Salah satunya di Eropa. Jerman.
Aira, tak bisa menghasilkan Ovum, untuk dibuahi.
Rudi ikhlas dengan keadaan itu. Meski ada suara-suara sumbang dari kalangannya sendiri.
Apa hendak dikata, ujungnya seperti ini. Aira, cinta sejatinya ...
Rudi merasa hancur. Ia merasa telah memberikan segalanya untuk Aira, tapi ternyata ada banyak hal yang terlewatkan. Perhatiannya lebih pada pekerjaan, bukan pada perasaan Aira.
Ia teringat nasihat yang pernah diberikannya kepada adik iparnya, Doddy.
"Lepaskan saja, relakan dia," Â katanya saat itu. Tapi sekarang, nasihat itu justru memantul, kembali dan menghantuinya.
Rudi berdiri di depan cermin. Ia melihat bayangan dirinya yang lelah dan penuh penyesalan.
Kata-kata yang dulu ia ucapkan untuk orang lain, kini menjadi pelajaran untuk dirinya sendiri.