Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pergumulan Batin Seorang Istri

27 September 2024   02:21 Diperbarui: 27 September 2024   03:06 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya  bejana rahasia itu, luber juga ...

Semuanya berawal dari percakapan kecil dengan Rio. Rio, sopir keluarga mereka, selalu mendengarkan keluhan Aira. Perlahan-lahan, Aira merasa nyaman bersamanya.

Rio menjadi pelarian dari kekecewaan Aira. Namun, semakin dalam ia terjebak, semakin ia merasakan bersalah. Hubungan terlarang ini hanya menambah luka di hatinya. Tak mengobati apa-apa.

Kini Aira tak tahan lagi, atas pengkhianatannya sendiri, atas suami yang dicintainya.

Aira yang sedikit berkumis dan tinggi semampai, memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Ia ingin lari dari kebingungan ini, meski rasa bersalah terus mengikutinya.

Aira tahu bahwa apa yang dilakukannya salah. Namun, ia merasa terjebak dalam hubungan yang tak memberinya kebahagiaan dengan dipuaskan. Di pelarian ini, ia semakin kehilangan arah.

Bagian II: Malam Tanpa Bintang

Di rumah, Rudi usai solat Isya  duduk terdiam. Di tangannya, ada buku harian yang sengaja ditinggalkan Aira, di atas bantal .

Setiap kata di dalamnya seperti pisau yang menoreh luka di hatinya.

Rudi terdiam. Ia tidak pernah menyangka istrinya merasa begitu terluka. Ia juga tak pernah menyadari perselingkuhan ini sudah berlangsung begitu lama.

Tulisan Aira, kalimat terakhir : "Rudi, aku aku tak layak untuk-mu.
Dosa-ku banyak, ...
Aku mohon maaf  yaa sayang ..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun