Akhirnya  bejana rahasia itu, luber juga ...
Semuanya berawal dari percakapan kecil dengan Rio. Rio, sopir keluarga mereka, selalu mendengarkan keluhan Aira. Perlahan-lahan, Aira merasa nyaman bersamanya.
Rio menjadi pelarian dari kekecewaan Aira. Namun, semakin dalam ia terjebak, semakin ia merasakan bersalah. Hubungan terlarang ini hanya menambah luka di hatinya. Tak mengobati apa-apa.
Kini Aira tak tahan lagi, atas pengkhianatannya sendiri, atas suami yang dicintainya.
Aira yang sedikit berkumis dan tinggi semampai, memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Ia ingin lari dari kebingungan ini, meski rasa bersalah terus mengikutinya.
Aira tahu bahwa apa yang dilakukannya salah. Namun, ia merasa terjebak dalam hubungan yang tak memberinya kebahagiaan dengan dipuaskan. Di pelarian ini, ia semakin kehilangan arah.
Bagian II: Malam Tanpa Bintang
Di rumah, Rudi usai solat Isya  duduk terdiam. Di tangannya, ada buku harian yang sengaja ditinggalkan Aira, di atas bantal .
Setiap kata di dalamnya seperti pisau yang menoreh luka di hatinya.
Rudi terdiam. Ia tidak pernah menyangka istrinya merasa begitu terluka. Ia juga tak pernah menyadari perselingkuhan ini sudah berlangsung begitu lama.
Tulisan Aira, kalimat terakhir : "Rudi, aku aku tak layak untuk-mu.
Dosa-ku banyak, ...
Aku mohon maaf  yaa sayang ..."