Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen | P U L A N G

3 September 2024   01:27 Diperbarui: 3 September 2024   01:45 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetiba-tiba Beliau jatuh sakit dan harus dilarikan dengan Ambulance ke rumah sakit di Celaket.

Ibu, dengan wajah tegar namun penuh kecemasan, menelpon kami semua yang berada di perantauan.

"Nak, segeralah pulang. Bapak kritis," suaranya bergetar, tapi dia berusaha tetap kuat.

Perjalanan pulang kali ini terasa begitu lama dan berat. Hati kami diliputi kecemasan yang tak terbendung.

Setiap detik terasa seperti pukulan, penuh kekhawatiran akan kondisi bapak. Kami hanya bisa berdoa dalam perjalanan panjang itu.

Begitu sampai di Malang suasana yang kami jumpai berbeda. Tidak ada senyuman ibu   seperti biasanya , saat menyambut kami di depan pintu .

Ia sedang duduk di samping ranjang besi beku rumah sakit,. Menggenggam tangan bapak yang lemah. Kami lemas, goyah bergegas menghampiri. Berusaha menahan gugup seraya mencoba memberikan kekuatan dan harapan.

Namun, takdir berkata beda. Dalam senyap tanpa angin, malam Ramadhan, daun-daun diam, suasana sunyi menggantung di udara, bapak menghembuskan nafas terakhirnya.

Tepat di depan mata kami, sunggingkan senyum terakhir. Tanpa sempat mengucapkan kata-kata perpisahan.

Hanya binar tatapan penuh makna yang tak terucap dari matanya yang perlahan tertutup.

Kehilangan itu begitu mendalam, meninggalkan luka yang sulit diobati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun