Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Prof.DR.Sulaeman Badil Tersungkur di Ujung Sunset

17 Agustus 2024   00:53 Diperbarui: 17 Agustus 2024   01:05 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, berkat berita yang tersebar di grup WhatsApp dari ketua RT tempat tinggalnya dulu, beberapa mantan mahasiswa bimbingannya datang menemuinya.

Mereka terkejut melihat kondisi Prof
DR Sulaeman Badil yang sangat jauh dari sosok dosen keren yang mereka kenal dulu.

Mereka mencoba membujuknya untuk tinggal di panti jompo, menawarkan kenyamanan yang mungkin bisa ia nikmati di sisa usianya. Para mantan muridnya itu diam-diam telah sepakat iuran, membiayai kehidupan Pak Profesor yang malang sampai tiada.

Mereka juga mengantarnya ke polisi untuk melaporkan kasus kekerasan yang dialaminya serta membantu mengurus surat pensiunnya yang telah dirampas oleh istri dan anak tirinya.

Namun, Sulaeman Badil meminta waktu untuk berpikir. 

Di dalam hatinya, ia masih berharap ada keajaiban. Ia berdoa memohon kepada Allah SWT : anak-anak kandungnya suatu hari nanti, datang mencarinya. Memaafkannya, dan membawanya pulang.

Kepada para mantan mahasiswanya bilang, bahwa, ia akan membuat keputusan setelah perayaan HUT RI ke-79 selesai, dan akan menginformasikan melalui nomor pemilik warung tempat ia tinggal sementara.

Perayaan HUT RI ke-79 itu datang dengan meriah. Kota ini dipenuhi dengan bendera merah putih yang berkibar di setiap sudut. Namun bagi Prof.DR Sulaeman Badil, tidak ada semangat kemerdekaan yang terasa dalam hatinya.

Hari itu, ia hanya duduk di bangku pladtik reyot di depan warung, memandangi keramaian yang berlalu-lalang di hadapannya dengan tatapan kosong.

Malam tiba, dan keramaian berangsur-angsur mereda. Sulaeman masih duduk di tempatnya, tubuhnya semakin lemah, pikirannya semakin kacau. Ketika warung mulai tutup, pemilik warung itu mendekatinya.

"Prof, Prof, mungkin Profesor Badil perlu istirahat. Mari kita beres-beres dulu," ujar pemilik warung dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun