Sedangkan "iklan" adalah "salah satu sarana tempur" bagi dunia industri, untuk mendapatkan pasar (baca : konsumen).
Semakin banyak audience, rating naik, iklan-pun antri. Tak perlu dicari. Tak perlu potongan harga.
Jika dalam dunia politik praktis, pemilihan umum ada sebutan, "Pemilih Karena Tertarik Pada Program", "Masa Mengambang", "Pemilih Pertama", "Simpatisan", "Partisan" dan "Kader/Anggota Partai & Tercatat dlsb.".
Sebutan-sebutan tersebut lebih merujuk pada "kohesi/tingkat keterikatan emosional hingga keterikatan logis oleh ketertarikan pada janji kampanye dan program.
Bisa juga karena ketertarikan pada pesona pribadi.
Dalam dunia sepakbola, keterhubungan penonton/pendukung-nya, memiliki kemiripan dengan yang terjadi di dunia politik/partai/politisi.
Masa mengambang dalam politik, mereka ini mirip dengan penggemar permainan sepakbola yang sesungguhnya.
Mereka berpihak pada kesebelasan yang menyuguhkan tontonan/ permainan sepakbola yang bagus. Bukan pada kesebelasannya belaka. Tidak ada atau minim acuan emosional.
Tidak ada ketertarikan emosional terhadap partai atau kesebelasan sepakbola dari manapun. Dasar ketertarikannya amat rasional. "Pada kualitas permainan kesebelasan" yang gamblang dan terlihat. Atau program dan kualitas nyata kader partai.
Amat berbeda dengan pendukung fanatik. Sesungguhnya, kalangan yang fanatik mereka hanya menyukai satu kesebelasan tertentu saja.
Dalam hal ini, ikatan emosional amat kuat. "Pokok-nya, kesebelasan-ku yang paling hebat. Pokoknya, ada duit atau tak ada uang harus nonton. Pokok-nya, bagaimama-pun cara main-nya, harus menang".