Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Humaniora | Warga Senior, Bebankah?

18 Agustus 2022   07:21 Diperbarui: 18 Agustus 2022   07:27 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paragraf di atas tidak untuk mendiskreditkan siapa-pun.

Fakta di lapangan, memang ada perusahaan yang tidak mampu, membayar lebih tinggi. Di sisi lain juga tidak sedikit, pekerja yang produktivitas-nya rendah.

Ilustrasi-nya, ada penjahit yang dalam 1 hari mampu menyelesaikan 3 helai baju dengan kualitas jahitan amat rapi.

Sementara itu ada penjahit lain yang hanya bisa menghasilkan 1 helai baju yang sama, di jumlah jam kerja yang sama.

Adil-kah, dengan kondisi produktivitas berbeda, menuntut upah yang sama.

Benar, disinyalir memang ada pengusaha yang amat mampu membayar di atas UMR, namun tidak melaksanakannya.

Terlepas dari hal di atas, kini para pekerja itu semakin banyak berstatus "Pekerja Kontrak Waktu Tertentu / PKWT".  Para buruh pembangun infrastruktur -kuli pekerjaan sipil.

Mereka ini tidak punya kepastian, apakah akan terus dipekerjakan. Mereka dalam kapasitas-nya, juga berjasa turut membangun negara ini.  Mereka saudara kita juga, anak-cucu keturunan para patriot Bangsa

Tidak punya sumber nafkah / pendapatan yang pasti sepanjang kehidupannya.

Lalu akan seperti apa, dimasa tuanya nanti ?

Akankah, mereka terdorong untuk mengaku-aku pejuang tertentu di masa sebelum diri-nya lahir.
Demi bisa meraih pengakuan dan pendapatan - nafkah, untuk jalani sisa hidup-nya ?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun