***
Tidak tahu persis, apa yang membelokan percakapan tadi.
Warung roti panggang itu, seperti memfasilitasi semua orang untuk saling bicara, walau belum saling kenal. Setiap orang bisa nimbrung bicara dan bebas berpendapat apa saja.
Mereka datang dari berbagai kalangan.
Obrolan-obrolan yang timbul tampak terus "disiram minyak" oleh empunya warung, berupa pertanyaan dan sedikit komentar pendek yang menggelitik.
Suasana yang dia bangun, membuat pembeli ingin selalu kembali datang ke warungnya. Bukan rindu roti panggang atau berbagai kopi sachet-nya, tetapi rekreasi ngobrol. Bercengkrama bebas.
***
Sekarang pembicaraan berawal kemacetan jalan.
"Dari rumah kesini, sebenarnya tidak jauh, tapi jalan kaki setengah jam, belum sampai"
"Gimana, mau cepat, Pak, .... Separuh jalan dipenuhi tanah bekas galian dan material perbaikan selokan. Mana banyak sekali mobil dan sepeda motor terjebak macet, ..."
Termasuk aktivitas yang setiap tahun dilakukan, pembangunan-perbaikan kaki lima.