Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosbud | Obrolan Warung Ropang

4 Juni 2022   07:15 Diperbarui: 4 Juni 2022   07:25 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya diantara kami ada yang masak sendiri. Ngirit, sebagian makan di warung. Sesekali makan daging sapi atau gorengan ayam. "Aah, terasa mewahnya !" Seru seorang kawan.

"Aku dikampung, bisa makan daging sapi atau kambing, terutama saat hari raya kurban. Idul Adha. Dan ayam goreng atau panggang di Idul Fitri, .... Itu amat hebat !" Memori nikmatnya tersimpan di lidah dan mulut, berminggu-minggu !"

Itu hiperbola, kata guru bahasa Indonesia-ku. Tapi bagi Tohir, kawanku, itu fakta.

"Kan, ada ikan "

"Yaa, kami sering menangkap ikan, tapi untuk dijual dikota. Untuk beli minyak tanah, minyak kelapa dan ikan asin, ..."

"Lalu telur ayam dan telur bebek , ...?"

"Semua dijual kekota, kecuali yang besar-besar ditetaskan. Lima atau delapan butir, untuk jamu. Kuning-nya kami telan mentah-mentah, begitu saja. Kecuali bila punya madu dari lebah liar atau jeruk nipis. Diteteskan, sebelum masuk mulut, ..." Celoteh seorang teman berasal dari perbatasan antara Solo dan Jogya.

"Kalau ibu-ku, biasa juga seperti itu, ... Tetapi ketika ayah, menambahkan kecap pada kuning telur sebelum 'glek' ditelan.  Saat itu kami tak punya madu dan jeruk nipis.
Selanjutnya ibu pun melakukan yang sama. Aku pun dibiasakan demikian. Terutama jika  menghadapi ulangan di sekolah.
Biar pintar, kata ibuku"

Aku tadi, makan apa yaa ? 'Kok jadi hal-hal seperti itu yang kita bicarakan ? Atau karena terguncang-guncang di mobil tua-ku ?

Aku ingat, sekarang. Sebabnya bukan jalan yang buruk, tapi sisa-sisa semen dari truk pembawa adonan beton yang berceceran dan terlindas ban. Selain  polisi tidur yang gendut-gendut, berbaris-baris.

Aku belum jujur, sebenarnya penyumbang ketidak nyamanan lainnya, adalah, peredam kejut-schockbreaker mobil-tua-ku. Sudah tak berfungsi dengan baik. Ditambah pelapis antar persendian diantara tulang-tulangku sudah tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun