Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Maksiat Terselubung, Seolah Baik-baik Saja: Tempe Ini Haram

2 Februari 2022   16:41 Diperbarui: 2 Februari 2022   17:06 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah, Pak, sudah tiga tahun, ... Tapi belum ada tanda-tanda akan punya momongan, ..." , kalimat yang terakhir itu, tidak termasuk jawaban. Tetapi pernyataan.

"Tolong di aamiin-kan, yaa, para hadirin semua, ... Yaa Allah, kami mohon padaMu, berikanlah momongan yang saleh, sehat, normal untuk Mas .... dan istrinya, ..."

Suara yang mengaamiinkan doa itu, tiba-tiba bergemuruh dan bergema.

"Baiklah, sekarang kita telaah pernyataan Mas ...."

Orang yang didaulat jadi pembicara itu ditunggui sepeda motornya yang basah dan kedinginan. Di halaman, gerimis masih belum juga berhenti.

"Ucapan-ucapan Mas, ... tadi benar, .... Tapi masih ada yang harus diperhatikan, tentang tempe goreng tadi, ..."

Pembicara, itu, berhenti sejenak. Menyeruput kopi yang sejak tadi menunggu diteguk.

"Ada hal lain yang juga harus diperhatikan. Ini sesuatu yang bisa mengurangi keberkahan, bahkan terhitung sebagai kemungkaran-kemaksiatan, ... Keburukan yang tidak kita sadari, biasanya terjadi karena kita kurang peduli, ..."

Seseorang, membawakan sebotol air minum dalam kemasan, diletakan disebelah cangkir lurik hijau isi kopi.

"Terima kasih, Pak, .... kita lanjutkan. Air bening dalam kemasan botol plastik ini, saya yakin halal. Sumber airnya, tidak tercemar. Lahannya dikuasai secara benar, tidak menyerobot tanah orang kampung. Tetapi dibeli secara wajar. Tidak ada yang dirugikan. Surat-surat ijin perusahaannya benar dan lunas membayar pajak, ...."

Beliau berhenti sejenah, matanya menjelajahi mata dan wajah para pendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun