Anak muda itu masih kikuk, setelah percakapan serius yang membuatnya tegang. Kurangkul pundaknya, dia tak menolak.
"Tadi itu, bagian dari pekerjaan, yang memang harus dikerjakan.... Sudah bereskan ?" , kataku.
Menuruni gedung, setelah antri di depan Lift, kami bersisian. Sepanjang jalan menuju warung langganan kami. Dia hanya diam, tak seperti biasanya, banyak tanya dan cerita.
Dia duduk di depanku, aku masih mengunyah suapan terakhir, sesendok nasi dan sepotong tempe.
Diraihnya tanganku, "Pak Harno, maafkan saya, yaa, ..." Aku tersenyum dan mengangguk.
Sore itu adalah sore terakhirku dikantor. Daftar file hasil kerjaku bulan ini, sudah kuprint. Design terakhir tugasku sudah disetujui.
Kusalami satu-satu rekan kerja sekantor, dari yang sering kontak karena pekerjaan, sampai yang tidak pernah ngobrol. Hanya saling sapa saja.
Salaman-salaman seperti itu biasa dilakukan, bila ada orang mengundurkan diri atau diundurkan. Juga pada saat orang baru diterima, baru akan bekerja dikantor megah 7 lantai itu. Bedanya, orang baru didampingi orang HRD.
***
Hari senin, hari pertama tidak bekerja dikantor. Ada sesuatu yang terasa beda. Sebagai orang yang dipecat, karena volume pekerjaan dikantor turun karena pandemi. Selain satu-satunya senior yang sudah bekerja 17 tahun dibagian design, gajiku pasti jauh lebih tinggi dibanding tim ku yang umumnya baru 2 sampai 3 tahun kerja. Mereka kontrak kerja.
Jadi mengeluarkanku, adalah bagian dari efisiensi total upah, bagian desaign yang ku-ordinir.