Lalu apa dan bagaimana peran buku, selain materi yang disampaikan di kelas ?
Kaitan banyak  baca buku tentu memperluas wawasan dan pemahaman, tidak merubah nilai A dengan alasan apapun. Seperti ditulis di awal artikel ini: untuk bisa lulus dengan baik, cukup baca catatan kuliah. Tidak usah capek-capek baca textbook.
Cukup menyiram sekujur tubuh dengan air, untuk disebut basah . Sedangkan berendam dan berenang adalah aktivitas berlebih, yang terlalu kejauhan  untuk sekedar disebut kuyup.
Gejala gemar "asal basah" di dunia pendidikan tinggi, disinyalir makin meluas.
Seharusnya setiap dosen-ilmuwan, lebih dari "sekedar basah" dalam keilmuannya.
Termasuk dalam kiprah kepenulisan, bukan sekedar mengumpulkan kutipan-kutipan dari berbagai sumber. Dilaporkan sebagai jurnal, buku atau sebutan karya ilmu lainnya.
Harus ada hasil penelitian, kajian yang jeli dan tidak diragukan. Berkaidah ilmiah. Syukur bila melibatkan statistik. Tidak hanya hipotesa dan asumtif-subyektif.
Amat menyedihkan bila sebuah karya tulis dibuat, demi mendapatkan poin dan ujungnya kenaikan jabatan. Diikuti naiknya tunjangan fungsional. Mencairkan dana penelitian yang lebih ditujukan untuk konsumsi pribadi.
Sementara hasil penelitiannya, memalukan secara mutu.
Prilaku seperti di atas benarkah sudah mewabah ?
Secara sederhana dapat dilihat dengan korelasinya temuan-temuan yang ditulis, seberapa  yang berdampak positif terhadap sektor riil sosial, ekonomi dan industri.
Pertanyaan pengujiannya, adalah: adakah dampak positif itu ? Bila ada, seberapa signifikan kualitatif dan kuantitatifnya ?