Generasi ini cukup beruntung karena masih kental merasakan budaya dan di saat yang sama mereka tumbuh dewasa di dunia yang mulai mengenal dan menggunakan teknologi informasi.Â
Generasi ini merupakan generasi yang mempunyai  intelegensi digital yang tinggi dan senang berkolaborasi melalui media sosial dan internet.Â
Program Petani Milenial
Secara kultural Indonesia adalah negara agraris. Dengan kata lain, sebagian besar penduduk Indonesia adalah berprofesi atau menggantungkan hidupnya dibidang pertanian.Â
Hal ini wajar terjadi, karena kondisi tanah di Indonesia memang dikenal dunia sebagai tanah yang subur, sehingga sangat cocok jika digunakan sebagai media untuk bercocok tanam berbagai jenis tanaman.
Hampir seluruh jenis tanaman pangan dan perkebunan yang ada didunia, bisa dibudidayakan dan dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia.
Namun sayangnya, meskipun dikaruniai dengan tanah yang subur dan budaya pertanian sebagai negara agraris, hal ini tidak lantas membuat minat anak-anak muda khususnya generasi milenial untuk menekuni dan berkecimpung dibidang pertanian menjadi tinggi.
Fakta dilapangan, dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani dari kalangan milenial hanya sekitar 8 persen atau 2,7 juta orang dari total jumlah petani di Indonesia yang mencapai 33,4 juta orang.
Mayoritas generasi milenial saat ini, justru berlomba-lomba untuk bekerja di diperusahaan-perusahaan BUMN, perusahaan swasta atau menjadi seorang abdi negara (PNS).
Mereka beranggapan bahwa menjadi petani bukanlah sebuah profesi yang menjanjikan, profesi untuk kalangan kelas rendah, kotor dan harus mau berpanas-panasan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS tersebut, jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, maka diprediksi dalam waktu 10 atau 20 tahun kedepan Indonesia berpotensi mengalami krisis tenaga kerja dibidang pertanian akibat minimnya ketersediaan tenaga kerja dibidang pertanian.