Mohon tunggu...
Sultoni
Sultoni Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Politik dan Kebijakan Publik AMATIRAN yang Suka Bola dan Traveling

Penulis lepas yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik, kebijakan publik, bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Petani Milenial, Harapan Regenerasi Pekerja di Bidang Pertanian

1 November 2022   17:29 Diperbarui: 2 November 2022   03:32 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Milenial diharapkan mampu memanfaatkan penggunaan teknologi informasi dalam meningkatkan hasil pertanian. Sumber: Freepik.com

Jum'at sore (28/10/2022), sebuah pesan singkat mendarat di laman aplikasi pesan singkat WhatsApp pribadi milik saya.

Pesan tersebut berasal dari salah satu kolega yang saat ini bekerja sebagai tenaga punyuluh pertanian di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura yang ada di Kabupaten di daerah saya.

Setelah saya buka, pesan tersebut berisi sebuah undangan untuk menghadiri acara pertemuan Petani Milenial yang akan dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2022 di Balai Penyuluh Pertanian (BPP)yang lokasinya tidak begitu jauh dengan tempat tinggal saya.

Meskipun belum begitu familiar dengan program pemerintah yang satu ini, tapi, mendengar kata "Petani" digabungkan dengan kata "Milenial", saya menjadi sangat tertarik dan bersemangat. Karena kebetulan, saya adalah generasi milenial yang juga berprofesi sebagai petani.

Mudah-mudahan saja sesuai dengan namanya, program "Petani Milenial" ini bisa menjadi wadah bagi anak-anak muda Indonesia untuk mengembangkan bakat, minat, potensi dan kreativitasnya di bidang ekosistem pertanian.

Pengertian Generasi Milenial

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan populasi penduduk Indonesia saat ini kedalam 6 (enam) kelompok generasi yaitu  Post  Generasi Z (Post  Gen Z), Generasi Z (Gen Z), Milenial, Generasi X (Gen X), Baby Boomer, dan Pre-Boomer. 

Post Gen Z adalah generasi yang lahir pada tahun 2013 dan seterusnya. Adapun Gen Z, merupakan generasi yang lahir pada tahun 1997-2012. Mereka sekarang berusia 8-23 tahun. Sedangkan Milenial yaitu generasi yang lahir pada tahun 1981-1996 (saat ini berusia 24-39 tahun).

Selanjutnya  Gen X  adalah generasi yang lahir pada tahun 1965-1980 (sekarang berusia 40-55 tahun). Kemudian  Baby Boomer, yaitu generasi yang saat ini berusia 56-74 tahun (lahir 1946-1964). Lalu  terakhir adalah Pre-Boomer, merupakan generasi yang lahir sebelum tahun 1945. Berarti  usia mereka saat ini adalah 75 tahun ke atas.

Dari pengelompokan generasi oleh BPS diatas dapat disimpulkan bahwa, generasi milenial adalah sebuah generasi yang hidup di zaman yang sedang berubah dari konvensional menjadi modern. 

Generasi ini cukup beruntung karena masih kental merasakan budaya dan di saat yang sama mereka tumbuh dewasa di dunia yang mulai mengenal dan menggunakan teknologi informasi. 

Generasi ini merupakan generasi yang mempunyai  intelegensi digital yang tinggi dan senang berkolaborasi melalui media sosial dan internet. 

Program Petani Milenial

Secara kultural Indonesia adalah negara agraris. Dengan kata lain, sebagian besar penduduk Indonesia adalah berprofesi atau menggantungkan hidupnya dibidang pertanian. 

Hal ini wajar terjadi, karena kondisi tanah di Indonesia memang dikenal dunia sebagai tanah yang subur, sehingga sangat cocok jika digunakan sebagai media untuk bercocok tanam berbagai jenis tanaman.

Hampir seluruh jenis tanaman pangan dan perkebunan yang ada didunia, bisa dibudidayakan dan dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia.

Namun sayangnya, meskipun dikaruniai dengan tanah yang subur dan budaya pertanian sebagai negara agraris, hal ini tidak lantas membuat minat anak-anak muda khususnya generasi milenial untuk menekuni dan berkecimpung dibidang pertanian menjadi tinggi.

Fakta dilapangan, dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani dari kalangan milenial hanya sekitar 8 persen atau 2,7 juta orang dari total jumlah petani di Indonesia yang mencapai 33,4 juta orang.

Mayoritas generasi milenial saat ini, justru berlomba-lomba untuk bekerja di diperusahaan-perusahaan BUMN, perusahaan swasta atau menjadi seorang abdi negara (PNS).

Mereka beranggapan bahwa menjadi petani bukanlah sebuah profesi yang menjanjikan, profesi untuk kalangan kelas rendah, kotor dan harus mau berpanas-panasan.

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS tersebut, jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, maka diprediksi dalam waktu 10 atau 20 tahun kedepan Indonesia berpotensi mengalami krisis tenaga kerja dibidang pertanian akibat minimnya ketersediaan tenaga kerja dibidang pertanian.

Atas dasar alasan-alasan tersebut diatas lah, pemerintah kemudian melalui Kementerian Pertanian mencanangkan program "Petani Milenial" untuk meningkatkan minat anak-anak muda generasi milenial terjun dan menekuni bisnis di dunia pertanian dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.

Hal ini cukup beralasan, karena generasi milenial adalah generasi yang dianggap mampu dan menguasai perkembangan teknologi, sehingga hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan mutu dan hasil pertanian dengan memanfaatkan penggunaan teknologi informasi yang terbarukan.

Dikutip dari situs Kementerian Pertanian, kementan.go.id, program "Petani Milenial" mulai dicanangkan oleh pemerintah mulai tahun 2021 yang lalu. 

Menteri Pertanian saat itu, Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa program Petani Milenial bertujuan untuk membangkitkan minat dan bakat anak-anak muda milenial Indonesia untuk ikut terjun dan menggeluti bisnis dibidang pertanian, khususnya pertanian dibidang tanaman pangan dan hortikultura.

Hal ini juga bertujuan untuk mengantisipasi kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan dunia akibat pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi yang mengancam dunia akibat ketidakpastian global.

Selain itu, Mentan Andi Amran Sulaiman menyebut bahwa program Petani Milenial merupakan upaya serius Kementan dalam melakukan regenerasi pekerja di sektor pertanian yang memiliki inovasi, gagasan dan kreativitas.

Hal ini penting mengingat kebutuhan pangan masa depan akan semakin besar seiring laju pertumbuhan penduduk, tapi disisi lain pekerja sektor pertanian justru turun dan diisi oleh petani yang senior alias generasi kolonial.

Program petani milenial ini diharapkan dapat mengatasi masalah kurangnya tenaga kerja dan bisa meningkatkan produksi ketahanan pangan nasional setiap tahunnya.

Petani milenial juga diharapkan mampu mendobrak metode bertani yang masih konvensional menjadi sistem pertanian modern yang berbasis teknologi informasi.

Foto : Twitter @PetaniMilJabar 
Foto : Twitter @PetaniMilJabar 

Peluang dan tantangan program Petani Milenial

Program Petani Milenial bisa dibilang termasuk program yang baru seumur jagung. Oleh karena itu, tentu ada banyak peluang dan tantangan dalam mensukseskan program Petani Milenial ini.

Peluang-peluang yang berpotensi mendorong suksesnya program Petani Milenial ini diantaranya adalah :

1. Melimpahnya jumlah generasi milenial yang tersedia. 

Pada tahun 2030 hingga 2040 mendatang, Indonesia diperkirakan akan menikmati puncak bonus demografi. 

Bonus demografi sendiri adalah kondisi yang terjadi saat sebuah negara memiliki jumlah penduduk usia produktif yang lebih tinggi daripada penduduk usia non-produktif.

Per tahun 2020 saja, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak 140 juta jiwa dari total 270,20 juta jiwa penduduk indonesia. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat pesat ditahun 2030 mendatang.

Dari jumlah tersebut, komposisi terbesar penduduk yang berada di usia produktif, ditempati oleh generasi milenial yakni sebanyak 69.38 juta atau 25,87%.

2. Lahan pertanian yang masih tersedia luas, khususnya diluar Pulau Jawa.

3. Budaya agraris yang dimiliki hampir oleh seluruh kelompok-kelompok masyarakat yang ada di Indonesia.

4. Pengetahuan dan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi yang dimiliki oleh generasi milenial. 

Dengan pengetahuan dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi yang dimiliki oleh generasi milenial tersebut diharapkan mereka akan dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih modern, inovatif dan maju untuk meningkatkan hasil usaha pertanian sekaligus meningkatkan daya saing produk-produk pertanian Indonesia di pasar global.

Sedangkan tantangan-tantangan yang berpotensi menjadi penghambat dalam mensukseskan program Petani Milenial adalah sebagai berikut :

1. Image atau stigma yang melekat pada diri generasi milenial bahwa bertani adalah profesi rendahan, tidak menjanjikan, kotor dan harus berpanas-panasan.

Image atau stigma negatif tentang petani inilah yang menjadi penyebab utama rendahnya minat generasi milenial untuk terjun dan menekuni profesi sebagai petani.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk merubah mindset anak-anak muda generasi milenial agar lebih terbuka wawasannya tentang betapa prospektif dan menjanjikannya bisnis di bidang pertanian.

2. Dukungan Pemerintah Daerah yang belum merata.

Salah satu daerah di Indonesia yang telah sukses menjalankan program Petani Milenial ini adalah Pemprov Jawa Barat.

Sejak tahun 2021, secara kontinyu Pemprov Jawa Barat telah melaksanakan program Petani Milenal ini dengan menjadikanya sebagai salah satu program unggulan Pemprov Jawa Barat khususnya dibidang pertanian.

Hasilnya, ribuan anak-anak muda generasi milenial Jawa Barat telah sukses berpartisipasi dan mengembangkan minat bakat mereka dibidang pertanian.

Untuk memastikan program Petani Milenial tersebut berjalan dengan baik, Pemprov Jawa Barat melalui dinas-dinas terkait aktif dalam melakukan kegiatan seleksi, memberikan pelatihan, pendampingan dan bantuan akses permodalan kepada para Petani Milenial yang lolos seleksi.

Keseriusan Pemprov Jawa Barat melaksanakan program Petani Milenial ini terbukti dengan diraihnya penghargaan sebagai Tim Pengendali Inflasi Darah (TPID) Provinsi Terbaik Wilayah Jawa-Bali melalui Program Petani Milenial.

Namun sayangnya, baru Pemprov Jawa Barat yang terlihat serius melaksanakan program Petani Milenial ini. Daerah-daerah lain di Indonesia, apalagi diluar Pulau Jawa, belum ada yang terlihat serius mengikuti jejak Pemprov Jawa Barat mengembangkan program Petani Milenial.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil melakukan launching program Petani Milenial di Lembang, Bandung Barat (26/3/2021). Foto : kompas.com
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil melakukan launching program Petani Milenial di Lembang, Bandung Barat (26/3/2021). Foto : kompas.com

Kesimpulan

Sejatinya, bertani bukan hanya soal bercocok tanam semata. Bertani adalah juga soal merawat kehidupan dan budaya agraris yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Manusia makan dan bertahan hidup dari hasil pertanian, maka sudah seharusnya kegiatan pertanian harus semakin dibudidayakan dan diperluas peminatnya hingga ke kalangan generasi milenial.

Fakta bahwa petani yang berasal dari generasi milenial yang hanya berjumlah 8 persen dari total jumlah petani nasional adalah warning bagi pemerintah. 

Regenerasi petani adalah sebuah keniscayaan dan sebuah hal krusial yang tidak bisa ditunda-tunda lagi oleh pemerintah. Karena, krisis pangan dunia telah mengancam nyata didepan mata.

Sekian dan terimakasih!

Pematang Gadung, 1 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun