Apalagi saat awal ia datang di tengah badai Covid-19, perusahaannya cukup tertampar keadaan itu. Rugi karena pengguna kereta berkurang drastis, mobilitas terbatas.
Sebelumnya, pengguna kereta bisa mencapai 428 juta orang dalam setahun, pada 2019. Saat pandemi menghantam, hanya ada 186 juta pengguna. Lebih dari setengah jumlah pengguna kereta hilang.
Tampaknya, siapa pun ditakdirkan ke satu tempat hanya untuk menjawab masalah yang lebih dulu datang. Termasuk kedatangannya ke tampuk pimpinan perusahaan kereta api itu.
Ia bisa membangkitkan lagi pendapatan di tengah pertarungan dengan pandemi. Dari Rp 22,96 triliun pada 2022, tembus 27,76 triliun pada tahun lalu.
Persis setahun setelah pandemi itu juga, pada 2023, KAI di tangannya sukses membukukan laba bersih hingga Rp 1,87 triliun.
Terlebih tahun ini, dalam tiga bulan pertama saja sudah mencatat laba Rp 391 miliar. Tak kurang dari 389 juta penumpang tercatat menggunakan kereta pada tahun lalu.
Belum lagi angkutan barang lewat salah satu anak perusahaan, KAI Logistik, tercatat pada 2023 sebanyak 67,3 juta ton barang terangkut, yang juga turut andil mengembalikan kondisi kas KAI kembali membaik.
Di situ, sekaligus ada "trust"Â atau kepercayaan publik yang terbilang sangat besar kepada angkutan berbasis rel ini.
Animo publik terhadap kereta pun kembali bangkit dan bahkan melejit. Itu juga terpantau dari suara publik yang dapat leluasa terpantau di media sosial. Nyaris segala cerita tentang kereta hampir selalu viral.
Salah satu petugas kebersihan, Fitri Anami, di TikTok bahkan mampu menggaet pengikut hingga 22 ribu.
Meskipun isi kontennya terkadang tentang kegiatannya membersihkan gate keluar masuk stasiun, membereskan tempat sampah, bahkan WC, tetap menarik atensi dan apresiasi publik.