Silakan cermati media sosial. Sebab di sana selalu ada sudut pandang dari mereka yang beruntung hingga yang sial.Â
Nama Moeldoko menjadi layaknya bola yang memantul di antara kedua kutub perbincangan media sosial.
Satu sisi menguntungkan, karena nama Moeldoko menjadi lebih dikenal publik. Untung buat dirinya, dan bisa menjadi bekal tersendiri buatnya jika kelak memang ingin berkiprah ke dunia politik. Walaupun untuk ini, ia masih membutuhkan lebih banyak strategi agar dirinya tidak terlihat seperti "penjahat" di kalangan politik dan juga rakyat.Â
Juga ini menguntungkan buat PD, karena dari sini mereka punya titik bidik yang potensial menjadi senjata mereka menghadapi lawan-lawan politik.Â
Belum lagi karena fakta bahwa Moeldoko cenderung dianggap orang dekatnya Jokowi. Ini pun bisa menjadi senjata buat PD. Senjata yang memang bisa diarahkan ke mana saja, ke musuh dalam selimut mereka sendiri, atau ke arah lawan-lawannya sendiri.
Persoalannya tinggal bagaimana PD memetakan lawan-lawannya. Sebab, dari sana nantinya akan lebih terlihat, mana musuh yang benar-benar paling membahayakan mereka.Â
Apakah benar Pak Moeldoko adalah orang yang benar-benar membahayakan mereka? Atau, bahaya terbesar justru sebenarnya berada di dalam mereka sendiri?
Sebab, jika merunut ke belakang, mencuatnya nama Moeldoko hingga memantik api besar belakangan ini, justru karena andil besar dari orang-orang yang pernah menjadi andalan SBY dan PD sendiri.Â
Tanpa campur tangan orang-orang yang punya peran penting di kalangan dekatnya SBY, Moeldoko bisa dipastikan tak punya celah untuk ke sana.
Kondisi yang belakangan terlihat sebagai ancaman terhadap PD, tidak akan terjadi tanpa andil "orang penting"-nya SBY.Â
Jadi, di media sosial, sejatinya PD pun bisa berkaca dari perbincangan publik. Bahwa Moeldoko tak lantas benar-benar untung, sepanjang sikap dari Demokrat dan orang-orang dekat tak ikut membuat nama Moeldoko kian melambung.Â