Menurut Deliansyah, karena alasan itu juga maka di Alue Naga tersebut pihaknya menggulirkan program yang tidak jauh dari empat prinsip Astra itu sendiri. Untuk pendidikan, Astra melakukan pengembangan PAUD, sedangkan untuk kewirausahaan diadakan pembentukan kelompok usaha rakyat sampai pelatihan aneka olahan tiram, selain juga pembinaan dan pembentukan koperasi rakyat.
Tak terkecuali untuk lingkungan, Astra mengadakan pelatihan pembuatan tambak ramah lingkungan hingga rumah tiram. Sementara yang berkaitan dengan kesehatan, Astra melakukan kerja sama dengan Puskesmas dan Posyandu Alue Naga.
Ini juga diamini oleh Iwan Yanuarsi yang merupakan koordinator Astra wilayah Aceh, sebagaimana juga dikabarkan Kompas.com di berita bertajuk: "Dulu Hancur karena Tsunami, Kini Alue Naga Jadi Penghasil Tiram Terbaik di Aceh."Â
Pasalnya, pihaknya selama ini juga sudah memetakan berbagai masalah, dan ini juga dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, tak terkecuali Universitas Syiah Kuala sampai dengan Pemerintah Provinsi Aceh sendiri.Â
Kegiatan diadakan Astra menarik perhatian saya karena menyimak bahwa Alue Naga sebagaimana Tibang memiliki keunikan tersendiri. Sayangnya, saat ingin mengontak Iwan Yanuarsi terkait kegiatan Astra di sana, nomor seluler koordinator Astra di Aceh ini tidak aktif.
Padahal langkah diambil Astra , termasuk memperkenalkan ide-ide yang berkembang di desa-desa terpilih, sekaligus menggalakkan spirit keindonesiaan melalui #KitaSATUIndonesia dan #IndonesiaBicaraBaik, memang pantas digaungkan. Paling tidak, agar satu desa dengan desa lainnya dapat saling terinspirasi, sebagaimana desa Alue Naga yang sempat luluh lantak oleh tsunami, hari ini dapat kembali terlihat berseri.Â
Akhirnya, melalui rekan wartawan Murizal Hamzah, saya cuma dapat mengontak salah satu tokoh Aceh, Teungku Jamaica (Syardani Muhammad Syarif) yang juga terkenal rajin berbagi pengetahuan dengan penduduk setempat. Bukan apa-apa, karena memang dalam 10 tahun terakhir, saya sendiri hanya tiga kali sempat pulang ke Aceh, terakhir pada Agustus lalu. Maka itu, rasa-rasanya akan lebih afdal jika bisa menanyakan perkembangan di sana, langsung dari ureung Aceh yang masih berdomisili di "Tanoeh Rintjoeng".
Dari Teungku Jamaica, ia  banyak bercerita seputar perkembangan budidaya tiram di kawasan Alue Naga, saat saya hubungi, Selasa (24 Desember 2019).  Terlebih, ia sendiri sempat mengusulkan kepada pemerintah Aceh, agar mau mengucurkan anggaran untuk program pembudidayaan tiram dengan metode sederhana di kawasan itu. Selain memang ia sendiri terkenal di Aceh sebagai sosok yang rajin memelopori budidaya tiram dengan cara yang lebih efisien.
"Saya bahkan sempat mengusulkan agar pembudidayaan tiram di sini dapat semakin digalakkan, di samping saya sendiri turut memelopori pembudidayaan tiram dengan metode itu," Teungku Jamaica bercerita.
Teungku Jamaica sempat memamerkan foto-foto berisikan aktivitas penduduk setempat yang sedang mencari tiram kepada saya. Cukup menggambarkan bahwa aktivitas mencari tiram, menjadi salah satu sumber mata pencaharian penduduk setempat, termasuk Gampong Tibang.Â
Artinya, kegiatan keseharian penduduk di sini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan belasan tahun silam, saat terakhir kali saya menginjakkan kaki di desa yang juga tidak jauh dari pemakaman Syekh Syiah Kuala--ulama dikeramatkan di Aceh.