Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cerita dari Gedung Tua Museum Bank Indonesia

26 Oktober 2019   07:04 Diperbarui: 26 Oktober 2019   19:02 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sesi acara di Museum Bank Indonesia - Foto: Kevin/Adica

Sayang sekali, dia bukan pemilik perusahaan. Jadilah ia cuma bisa melempar gagasan dan berusaha agar gagasannya dapat disambut baik oleh atasan-atasannya lagi di sana. Di mana? Embuh!

Apakah ide-ide Nurulloh dan para anak buahnya di dapur Kompasiana akan disambut para atasan yang lebih mirip dewa -karena tidak dekat dengan para penulis Kompasiana- atau tidak digubris sama sekali? Entahlah. 

Sebab, sepanjang sepuluh tahun bergelut di Kompasiana, sih, saya selalu yakin, mereka para pengelola ini adalah figur-figur yang sangat serius, terlepas mereka acap menutupi luka dengan canda. 

Begitu juga para penulis, pun tak kalah serius, dan itu terbukti tidak cuma dari tulisan-tulisan mereka yang membanjiri Kompasiana, tapi juga hampir selalu "banjir" setiap kali ada acara diadakan media keroyokan ini.

Namun, lagi-lagi, seberapa seriuskah "para dewa" di perusahaan yang menaungi Kompasiana dalam melihat keseriusan mereka?

Dalam acara sore hari di Museum Bank Indonesia, saya berusaha menggali bagaimana pihak Bank Indonesia -katakanlah mewakili mitra- melihat Kompasiana. 

Cukup terang terlihat, keberadaan Kompasiana sangat dihargai. Konten-konten yang ada di sini tidak kalah dengan penulis profesional -lha iya, emang banyak juga penulis profesional di sini, sih.

"Sebelumnya, kami pernah mengadakan perlombaan tentang keuangan melalui wadah lain, namun tidak sesuai ekspektasi. Berbeda ketika kami mengadakan itu lewat Kompasiana, pesan yang ingin kami sampaikan kepada publik lebih terasa, lho!" kata Mbak Cantik yang lupa kutanyakan nama dan nomor hape-nya. Ya, gimana, kalau sudah punya anak dan istri, sulit buat melatih bakat berburu nomor hape, sih. 

Bahkan, salah satu petinggi Bank Indonesia, di atas panggung, menegaskan bahwa bank sentral ini ingin dapat terus bekerja sama dengan Kompasiana. Sebab, ia terbuka mengatakan, hasil dari kampanye mereka bersama Kompasiana, sangat menggembirakan. 

Sekarang, tinggal lagi ke pemilik perusahaan yang menaungi Kompasiana, sih. Kalian punya cita-cita menggembirakan para penulis dan karyawan yang mengurus Kompasiana, nggak, sih? 

Saya sendiri terkadang pura-pura bahagia, lha menulis dua artikel panjang lebar, meriset dalam-dalam, berusaha mengurai dan mengolahnya sebaik mungkin, cuma diganjar 1 gram emas. 

Yah! Mengeluh begitu kok tiba-tiba saya merasa dua malaikat pencatat amal umat manusia mendadak judes. Duh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun