Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prabowo Natalan dan Keriuhan Media Sosial

26 Desember 2018   20:36 Diperbarui: 28 Desember 2018   07:45 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jauh berbeda dibandingkan dengan Kepala Negara Joko Widodo hingga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. 

Kedua sosok yang notabene harus menempatkan semua pemeluk agama di kalangan bangsanya secara setara itu, harus menerima celaan hingga hinaan cuma karena memberikan ucapan "Selamat Natal."

Bahkan seorang Kiai Ma'ruf Amin yang terkenal sebagai ulama dan pernah memimpin lembaga sekelas Majelis Ulama Indonesia, pun tak tanggung-tanggung menjadi sasaran celaan hingga hinaan. Hanya karena ia memilih mengucapkan kata selamat tersebut. 

Ulama, benar-benar ulama, bukan yang diulamakan oleh YouTube atau media sosial, tapi benar-benar sudah menunjukkan kerjanya sebagai ulama yang memimpin umat dengan keulamaannya, pun jadi sasaran perundungan alias bully.

Makanya beruntung sekali menjadi Prabowo. Ia bisa menunjukkan jatidirinya sebagai seorang yang berasal dari keluarga Kristiani tanpa perlu memusingkan urusan bully. Emang ada yang berani menjadikannya sasaran bully? 

Maka itu, lahirlah anekdote lewat kalimat singkat, "Selamat Natal, Pak Prabowo." Pasalnya mereka meyakini sekali, jika mengucapkan selamat Natal karena memang berteman dengan banyak umat Kristiani, entah sebagai relasi kerja atau memang sahabat, bisa panen hujatan. 

Contoh paling dekat adalah saya sendiri. Saat tahun lalu menunjukkan ucapan selamat kepada teman-teman saya dari umat Kristiani, justru harus memanen caci maki. Hanya karena ucapan selamat untuk teman-teman sendiri, banyak yang menanggapi dengan penghinaan, bahkan ada yang menyarankan untuk ganti agama saja. 

Pemandangan ini bisa dibilang mencengangkan, sekaligus menggelisahkan. 

Ucapan selamat saja bisa dipelintir ke mana-mana. Yang selamat dari pelintiran itu hanya Prabowo saja, karena mungkin sudah kadung terselamatkan oleh sebuah pencitraan yang terbilang berhasil, bahwa dia adalah pemimpin pilihan ulama. 

Bahkan yang konon adalah ulama, dan berada di kubunya, tidak ada yang berkutik dan berani mengkritik Pak Capres ini. Walaupun mereka yang konon ulama ini bisa sangat pedas di depan Jokowi yang hari ini masih menjadi pemimpin bangsa, dan Lukman sebagai Menteri Agama yang harus mengurus keperluan semua agama resmi di negaranya.

Hampir semua pemberani di media sosial, memiliki segala macam stok kata-kata terpedas dan mematikan, menjadi sopan di depan seorang Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun