"Bagi negara maju, stunting mungkin tidak akan terasa, tapi bagi kita di negara berkembang, itu akan berdampak sekali," kata Menko Luhut, yang menegaskan bahwa itu adalah ancaman serius bagi negara-negara berkembang.
Menurutnya komitmen dari sesama negara berkembang, selain juga support dari negara maju sangat penting. "Sangat penting bagi kami untuk memperoleh dukungan dan sinergi berbagai kerja sama. Terutama dalam pengelolaan sampah plastik di laut yang sejalan dengan kebijakan--yang juga diambil pemerintah Indonesia," kata Luhut lebih jauh.
Hasilnya, salah satu perusahaan swasta dunia, SC Johnson, menegaskan komitmen mereka untuk menggunakan plastik lama dalam kemasan baru melalui sistem daur ulang. Bahkan ini ditegaskan sendiri oleh Fisk Johnson yang notabene merupakan direktur eksekutif di perusahaan tersebut. Sebab pihaknya pun tak menampik bahwa sampah plastik sudah berada di batas tertinggi.
"Mencapai delapan juta metrik ton setiap tahun," kata Fisk Johnson. "Ini setara satu truk sampah per menit yang dibuang ke dalam laut."
Tidak berhenti di situ, Coca-cola juga menargetkan pada 2030, seluruh kemasan mereka gunakan hanya yang bisa didaur ulang. Disebut sebagai komitmen global karena komitmen ini memang dilakukan secara global di negara mana saja terdapat sayap Coca-cola.
Terlihat, dukungan terhadap misi penyelamatan laut yang digagas dari OOC 2018 memang menunjukkan gelagat positif sejak awal. Terbukti, banyak negara maju pun tak menunggu lama untuk membuktikan bahwa mereka punya komitmen sekaligus concern pada isu-isu kelautan dan kemaritiman.
Sebut saja Uni Eropa, bahkan tercatat sebagai pihak yang langsung menunjukkan dukungan konkret, menggelontorkan dana tidak kurang dari 300 juta euro untuk misi memastikan laut terlindungi. Selain, mereka juga menegaskan harapan agar dana tersebut dapat dipakai secara maksimal untuk menciptakan kondisi laut yang bersih dan sehat, di samping juga aman.
Tidak hanya Uni Eropa, organisasi seperti Trash Free Seas Alliance (TSA) pun turut mengucurkan dana hingga 100 juta dolar AS yang khusus ditujukan untuk melawan polusi sampah plastik.Â
Tak ketinggalan juga Circulate Capital yang mendonasikan 90 juta dolar AS untuk penanganan sampah plastik di laut karena mengakui bahwa lautan kini kian terancam. Mereka juga tak menampik jika saat ini kondisi lautan dapat dikatakan telah mengalami kerusakan parah akibat pencemaran sampah plastik.Â