Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Korban Bencana Bukanlah Penjarah

2 Oktober 2018   11:15 Diperbarui: 3 Oktober 2018   09:23 3163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, ada catatan tragis para penjarah di lokasi bencana tersebut, bahkan ada yang mengambil perhiasan di tubuh korban. 

Seperti laporan salah satu media, Majalah AcehKita, yang masih terbit ketika itu, ada pelaku yang bahkan memotong jari korban yang tergeletak di pinggir jalan hanya agar bisa mengambil perhiasan di jari sang korban. 

Pasalnya, setelah beberapa hari, biasanya mayat korban sudah mengembang dengan ukuran tubuh dan anggota tubuh bisa dua atau tiga kali lipat dari ukuran normalnya.

Jika melihat ada perhiasan di tubuh korban, para pelaku penjarahan itu akan melakukan segala cara agar perhiasan tersebut dapat mereka ambil. 

Begitu juga dengan penjarah yang menyasar perumahan, yang biasanya sudah ditinggalkan pemilik, atau pemiliknya seluruhnya terbawa hanyut oleh tsunami, mereka akan menyatroni dan mengambil apa saja yang bisa diambil.

Namun kejadian itu pun tidak berlangsung lama. Pasalnya, setelah beberapa hari, kondisi chaos sudah mulai teratasi, aksi-aksi penjarahan itu semakin berkurang, walaupun masih ada saja satu-dua  kejadian. 

Setelah seminggu atau lebih, pemilik rumah pun biasanya sudah kembali meski sekadar untuk membersihkan rumah mereka, atau menyelamatkan apa-apa yang masih mungkin diselamatkan.

Jadi, apa yang menjadi dari tulisan ringan ini adalah sebaiknya sudahilah menuding yang tidak-tidak kepada korban bencana. Apalagi sampai ada yang menghakimi mereka bermacam-macam.

Ngenes tiap membaca komentar-komentar di media sosial, ada yang bahkan mengeluarkan kalimat, "Kelewatan, sudah dikasih bencana, masih aja menjarah, dlsb." Tudingan-tudingan begini biasanya hanya karena tergerak oleh emosi, tanpa tergerak untuk menalar ulang.

Apakah mungkin korban bencana yang kalut dengan keresahan mereka melakukan tindakan begitu? Tidak. 

Para korban, sekali lagi, lebih sibuk memikirkan bagaimana kelanjutan hidup mereka di keesokan hari, bagaimana bisa menemukan keluarga yang terpisah, dan sebagainya. Mental dan pikiran mereka dalam kondisi terbeban teramat berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun