Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Koran Kuning, Obama dan Tas Bu Iriana

3 Juli 2017   01:04 Diperbarui: 3 Juli 2017   17:10 3453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya? Ya bisa dimulai dengan pembicaraan seputar syukur, misalnya. Ya bersyukur, istri Anda dan istri saya, sama-sama belum tergiur untuk meminta tas seharga tas milik Bu Iriana. Toh, istri presiden itu sudah punya uang banyak sejak suaminya belum jadi presiden, wajarlah dia punya tas mahal. Bayangkan jika istri saya yang meminta tas serupa, sementara saya jangankan jadi presiden, jadi lurah pun belum pernah.

Koran kuning dan gaya khas mereka - FOTO: @BajakLaut666
Koran kuning dan gaya khas mereka - FOTO: @BajakLaut666
Bayangkan jika istri Anda berkilah, yang dipakai Bu Iriana itu hanyalah tas sederhana. Ia mendesak membuat ukuran "sederhana" versi istri presiden dengan versi istri lelaki yang jadi kandidat RT pun belum pernah. Bukankah ini satu hal yang sepatutnya jadi obrolan, dengan tema lebih religius, "Mewujudkan Rasa Syukur sebagai Suami yang Belum Terjerat Seabrek Tuntutan Istri."

Obrolan seperti itu tak membutuhkan proposal kepada dinas atau kementerian manapun, kok. Tak perlu sewa gedung, tidak perlu mengundang ustaz bertarif puluhan juta, dan tak perlu membayar media-media untuk meliput. Cukup dengan membuka WhatsApp, Line, Twitter, dan hamburkanlah kata-kata agak bijak di sana. Misalnya; istri yang baik adalah mereka yang lebih mementingkan tebalnya kasih sayang daripada sekadar tebalnya ukuran kantong.

Rajin menabur obrolan yang lebih positif itu, bukan tak mungkin akan berdampak positif; selain bikin Anda makin dikagumi oleh istri Anda, juga boleh jadi istri tetangga pun turut mengagumi Anda, bukan? Tapi jangan berharap kemungkinan terakhir itu, sebab racun tikus bisa menjadi pengganti kopi pagi yang Anda tenggak saat mata masih mengantuk.

Jika begitu, yang kasihan ya Anda sendiri bukan? Bayangkan jika Anda terbunuh karena menenggak racun tikus karena dinilai nakal, lalu terpampang lagi-lagi di koran kuning. Seorang suami melirik istri lurah; Bernafsu jadiin bini kedua; Diracun Pakai Racun Tikus; Mati Deh!

Bukankah soal kematian terhormat itu salah satunya, ya, tak sampai masuk ke koran kuning. Sebab, di sana Anda justru akan disejajarkan dengan berita pemerkosaan dengan judul beraneka ragam, hingga perampokan. Itu bukanlah berita kematian yang terhormat bukan?

Jadi bagaimana menghindari itu? Ya, hindarilah bicara hal-hal yang sedangkal koran kuning itu. Saya kira sudah cukup.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun