Ya, merenung-renung sepeda, dan kenapa Jokowi rajin membagi kendaraan tanpa mesin itu, mengantarkan saya pada poin-poin itu.
Itu bukan sekadar hadiah. Tapi Jokowi yang memang tak lihai memoles kata-kata itu, memilih mengirimkan pesan lewat apa diberikannya itu. Walaupun untuk menangkap pesan itu, tak ada jaminan, semua penerima sepeda menangkapnya dengan tepat.
Termasuk saya, bisa tergerak merenungi ini karena menangkap keceriaan dari wajah anak-anak yang pernah menerima sepeda dari presiden Indonesia itu. Itu saja? Tidak. Tapi juga karena terbayang-bayang manisnya senyum Raisa, penyanyi luar biasa cantik itu. Kenapa dia bisa cantik?
Mungkin itu cuma terjawab jika saya mendapatkan juga sepeda dari presiden, atau jika tidak; saya mendapatkan Raisa. Tapi, lamunan terakhir itu terlalu nekat, sebab jika lamunan itu berlanjut artikel ini dibaca istri--terutama paragraf terakhir--rentan membuatnya berubah wujud menjadi ibu tiri yang kejam. Oh Tuhan.*
(Artikel ini juga tayang di situs pribadi www. tularin.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H