Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Rahasia antara Jokowi, Raisa, dan Sepeda

21 Maret 2017   20:41 Diperbarui: 22 Maret 2017   18:00 2185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia menerapkan filosofi sepeda itu. Tak ada mesin luar biasa kecuali kaki dan tangan, dan kejelian membaca jalan. Pemilik kendaraan terbaik sekalipun, dengan mesin terbaik, jika hanya membanggakan mesin dan menihilkan kekuatan tangan dan kaki, menutup mata untuk membaca jalan karena mengira semua sudah mampu dijawab mesin, maka mesin berbunyi keras tapi tak mengantarkan ke mana-mana.

Sebaliknya, dengan sepeda, meski tanpa mesin namun di sini ada pesan kuat bahwa zaman boleh maju dan canggih, tapi ada kekuatan dari tangan dan kaki. Sebab, kaki pun akan lebih mudah menapak tanah, tetap akrab dengan bumi, sekaligus mengikat "persahabatan" dengan tiap jengkal tanah yang dilalui.

Perjalanan dengan sepeda tentu memakan waktu lama. Toh, Jokowi pun baru dikenal di ranah politik belakangan, jauh di belakang seabrek tokoh tertentu yang bahkan punya mesin partai politik namun bahkan kesulitan untuk menyalip si pengayuh sepeda.

Salah satu anak yang juga mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden Jokowi - Gbr: KOMPAS.com
Salah satu anak yang juga mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden Jokowi - Gbr: KOMPAS.com
Keseimbangan

Ini menjadi pesan lain dari sepeda. Keseimbangan benda ini hanya didapatkan jika ia melaju. Ia bisa seimbang tanpa dikayuh hanya untuk beberapa saat, sedangkan untuk ia tetap bertahan seimbang, cuma dengan mengayuh.

Tak perlu kayuhan yang membutuhkan tenaga besar. Gerakan-gerakan kecil dengan sisa-sisa tenaga saja sudah cukup untuk membuat roda bergerak, dan sepeda tetap menelusuri jalanan. Sambil mengayuh, pesepeda pun bisa leluasa menikmati kehangatan matahari, bagaimana sepoi-sepoi angin, dan lalu-lalang orang-orang tanpa ada penghalang.

Seorang pesepeda bisa menikmati perjalanan ratusan kilometer. Tapi bagaimana melelahkan perjalanan itu terbayar dengan bugarnya badan, dan juga pemandangan didapatkan yang menyegarkan jiwa.

Dari aktivitas bersepeda itu juga seseorang lebih tergerak untuk mendapatkan sesuatu dengan harga terpantas. Tak terburu-terburu, terbiasa dengan ketenangan, namun tak melepaskan diri dari mengingat ke mana perjalanannya ingin diarahkan. Dan, tak memaksa sesuatu harus selalu didapatkan dengan cepat.

Menyehatkan

Mereka yang sehat cenderung lebih bahagia, tak dirisaukan penyakit, dan memiliki tubuh lebih kuat. Kegiatan bersepeda diakui sebagai olahraga menyehatkan, dan mereka cenderung melihat jauhnya perjalanan meski berat namun bukan sebagai beban, melainkan sebagai tantangan.

Tentu saja, mau sudut pandang manapun, perjalanan jauh pastilah berat. Yang membedakan, mereka yang bisa melihat perjalanan itu sebagai tantangan akan lebih dapat menikmati inci demi inci perjalanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun