Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkampungan Mayat

14 Mei 2012   19:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tendangan silang lebih lanjut mengenai dada pemuda dungu itu. Ia terjerembab. Hanya bisa melenguh,"Mak!"

Berlanjut dengan cengkeraman kuat di kakinya. Orang tak dikenalnya itu merenggutnya dari tanah, dilemparkan ke satu pohon yang berada lima tombak dari tempat ia terjerembab."Nguik!"

Kepala jatuh lebih dulu ke tanah, setelah dengan deras tubuhnya yang tidak terlalu kekar itu terbentur pohon. Pelan, ia merasakan kepalanya sudah lebih terang."Aku masih punya kepala. Aku harus berpikir."

"Tidak, ini bukan saatnya untuk berpikir!" ia mendebat diri sendiri,"berpikir itu sebelum bertarung, bukan saat bertarung!" kembali mendebat diri sendiri. Beberapa jenak, ia arahkan pikiran ke padepokan. Membayangkan gurunya, Matanaga. Mengernyit karena yang terbayang justru kalimat terakhir gurunya itu,"Ketololanmu adalah kecerdasanmu. Kalau kautahu bahwa kau tolol, tertawai ketololanmu itu. Ketika kau telah bisa tertawa, kau akan menjadi cerdas!"

Yiha!

HAHAHAHAHAHAHA

HIHIHIHIHIHIHIHIHI

"Sebelum kulawan engkau. Sebelum kucabuti semua bulu ketiakmu. Aku perkenalkan diri, Pendekar Kentut Naga! Aku Pendekar Kentut Naga. Sekali kentut bisa membawamu ke neraka! ha ha ha. Sekarang perkenalkan dirimu!"

Hening.

Tiba-tiba Langga merasakan satu suara tanpa bentuk hinggapi kupingnya,"Kau harus mengalah padanya. Dia bukan siapa-siapa, dan bukan dia yang harus kaucari! Ikuti saja permintaannya!"

Memberengut."Baik!" ia mengiyakan dengan segenap kedongkolan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun