Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkampungan Mayat

14 Mei 2012   19:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiyattttt!

Tendangan berputar diarahkan Langga ke sisi rusuk lawan. Mampu dielak. Menekuk lutut, ia menyasar dada lawannya. Ditahan dengan tamparan.

Jurus Malaikat Memukul Ular harus ia kerahkan, lima jarinya membentuk tinju dan diayunkan ke dagu sang prabu. Gol! Janggut lawan tercukur pukulan sang pendekar. Dilanjut dengan tekukan siku yang diarahkan ke pelipis Muka Iblis, tidak sempat dielak.

Dua gigi Prabu Muka Iblis meloncat keluar. Menggelinding ke lantai.

Kian murka saja lawan yang baru kehilangan dua gigi itu. Jurus Merebus Ayam di Kuali Neraka harus ia keluarkan. Tangannya membentuk bulatan mirip kuali. Mengeluarkan asap (mungkin ayamnya sudah mendidih), dihempaskan ke arah Langga.

Menangkap gelagat bahwa itu adalah jurus pamungkas lawannya. Sontak Langga membuka celana sisi luarnya, menghembuskan Kentut Neraka.

Muka Iblis terlempar sejauh tujuh tombak ke belakang. Muntah-muntah. Ia mati!

***

Keluar dari istana Muka Iblis, di luar terlihat sudah mulai pagi. Para prajurit raja durja seluruhnya berbaris dan berlutut. Mereka memberikan penghormatan pada sang pendekar. Tiba-tiba, seorang lelaki yang terlihat lebih tua dari prajurit-prajurit lain berdiri ke depan.

"Kami menyampaikan penghormatan kepada Yang Mulia Kentut Naga. Paduka sudah melepaskan kutukan Muka Iblis dari kampung kami. Mereka kini sudah hidup lagi! Mereka sudah terbebas dari kutukan! Untuk itu, kami meminta kisanak, Paduka Kentut Naga untuk memerintah Kadipaten Bauamis."

Mengangkat tangan ke atas. Kentut Naga berdiri gagah. Ia tidak memerhatikan pakaiannya di sisi ketiak robek. Beberapa rambut dari balik pakaiannya itu menyembul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun