Uekkkkkkkkkrgggggghhhhhhhhhhhhhhhhh
Tiba-tiba saja, Suheng muntah-muntah tanpa sempat untuk muntah di rumahnya sendiri. Keluar, tumpah persis di belakang Srondol. Suara Suheng muntah lumayan mampu membuat Srondol untuk tidak hanya mendengar dangdut yang dinyanyikan sendiri.
Terkejut.
Heran.
Mengernyit.
"Kok Suheng muntah?" Batin Srondol sambil menggigit telunjuknya mirip lagak Olga Saputra saat berperan sebagai banci. Tetapi, karena Srondol memang memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Ia memijit tengkuk Suheng tanpa melihat wajahnya yang berlumur kotoran kucing. Ia tidak mencium bau tersebut karena memang ia sedang flu yang juga membuat hidungnya tersumbat.
Selesai Suheng muntah-muntas sampai puas. Suheng terduduk letih akibat isi perutnya terasa keluar semuanya.
"Kenapa? Kamu belum sarapan, Heng? Kalau belum ke dalam saja. Ibuku tadi baru masak gulai tauco lho, ada ikan gurami, telor asin, ikan asin dan...garam juga ada." Uber Srondol sambil tawari Suheng untuk makan.
"Eeeh, mukamu kok nampak beda gitu? Agak berminyak dan kotor???" Srondol bicara dengan logat yang tidak jauh berbeda juga dengan Olga Saputra, aktor idolanya. Seketika, terdorong oleh rasa solidaritas, Srondol membuka kaosnya dan mengelap muka Suheng yang sedang tertunduk letih.
Dengan ekspresi penuh kasih sayang, Srondol lupakan dangdutnya dan memapah Suheng untuk bangun. Sepertinya memang Suheng kelelahan banget akibat muntahnya. Memapah dan membawa Suheng ke dalam rumah yang juga menjadi tempat Srondol membuka usaha laundry khusus pakaian perempuan. Laundry itu memang dikhususkan untuk pakaian perempuan karena dalam analisis dan ilmu strategy planning yang sempat dibacanya di satu buku yang pernah dibeli di tukang loak, ia mendapat ide bahwa untuk bisnis perlu cara yang beda.
Juga, ia menyimpulkan bahwa perempuan menggunakan pakaian lebih banyak daripada lelaki. Ada pakaian santai, pakaian untuk ke luar rumah, untuk masak dan tidur. Sehari bisa 4 pakaian dikenakan seorang perempuan. Jelas, itung-itungan Srondol masuk akal juga. Selain, pakaian perempuan biasanya tidak terlalu kotor dibanding pakaian laki-laki. Kalau laki-laki, apalagi yang masih lajang, 1 celana bisa dengan ikhlas dan lapang dada mereka kenakan sampai 1 minggu dan baju setidaknya 3 hari. Menjadikan laki-laki sebagai objek bisnis laudrynya jelas dirasa tidak begitu menguntungkan.