Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Di Balik Cerita Jam Tangan Panglima

24 April 2014   08:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16 1909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13982763891035100668

Tapi di sisi lain, saya mencoba untuk mengulik ulang semua yang terpikirkan itu. Mencoba merenung-renung lebih ke dalam dan lebih ke dalam--mengutip bahasa para ahli hipnotis.

Hanya, yang saya dapati tak jauh-jauh dari soal kelicikan Kancil dan kepongahan gajah.

Karena memang soal jam tangan panglima "Kerajaan Gajah" berkait juga dengan kekuatan militer, maka kelicikan kontra kepongahan itu bisa juga dilihat dari bagaimana "Kerajaan Kancil" menghadapinya.

Tak banyak diketahui publik, Singapura saat ini memiliki kekuatan militer dari sisi peralatan tempur, di beberapa sisi, jauh lebih baik. Ketika Indonesia hanya memiliki 500-an kendaraan lapis baja, mereka sudah memilikinya sebanyak 2 ribu lebih. Saat Indonesia memiliki artileri jarak jauh yang sedikit di atas 50 unit, mereka sudah memiliki 262 unit. Tidak itu saja, dari sisi kekuatan keuangan pun, kedua negara jauh berbeda. Indonesia hanya memiliki anggaran pertahanan sebesar USD 5,2 miliar  atau sekitar Rp 60,5 triliun . Bagaimana dengan Singapura? Mereka memiliki kocek tak kurang dari USD 8,3 miliar atau Rp 96,5 triliun.

"Tidak apa-apa, kita memiliki prajurit tidak kurang dari 400 ribuan prajurit! Mereka? Mereka hanya punya 72 ribu prajurit, berkali-kali lipat kita jauh di atas mereka!" Ini jelas bukanlah kata-kata yang akan diucapkan sang jenderal. Ia tahu, perang tak hanya sekadar seberapa besar jumlah tentara.

Itu hanya gambaran kecil yang muncrat dari benak saya. Siapa tahu kerewelan itu justru benar-benar menjadi awal untuk kedua negara bertetangga saling "jambak-jambakan". Entahlah. Sebab, taruhlah jam tangan sang Panglima telah hancur setelah dibanting, tapi waktu masih terus berjalan. Bisa saja bukan, dalam perjalanan setelah jam tangan itu hancur, jika ada hal-hal sensitif lantas sang panglima takkan lagi berlama-lama untuk turun tangan tanpa merasa digelisahkan lagi oleh jam tangan "yang hanya" Rp 5 juta itu rusak. (FOLLOW: @ZOELFICK)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun