Karenanya, saya berpikir, perlu adanya sebuah tindakan serius dari pihak kementerian terkait. Terlebih ini adalah masalah yang berhubungan dengan pendidikan, sesuatu yang berkait erat dengan dunia "ruh", yang menentukan ke mana "tubuh" negeri ini kelak akan berada.
Artinya, menurut pendapat saya, "Bahwa seminggu ke depan kami akan menyelesaikan masalah ini," seperti dijanjikan Supriadi di acara dialog BeritaSatu tersebut, tidak lantas masalah sudah selesai.
Sederhana, jika mempertanyakan kenapa itu saya katakan belum selesai, karena tak ada jaminan bahwa hal itu takkan terulang lagi di masa mendatang. Apalagi, setelah polemik itu merebak hingga ke layar televisi pun, dari penuturan Supriadi di dialog tersebut juga terlihat kesan, pihak ingin buang badan dari pertanggungjawaban atas kompleksitas masalah itu. Tersirat seakan-akan, yang diributkan itu tak lebih dari masalah uang dan uang. Jadi, memberi uang itu, maka masalah sudah tak ada lagi.
Tidak terlihat oleh saya ada satu statemen meyakinkan dari pihak Dikti, bahwa mereka memiliki rumus tertentu untuk membuat masalah yang kerap berulang itu untuk tidak terjadi lagi. Ini menjadi satu hal yang sangat disayangkan. Apalagi secara kebetulan, di acara yang ditayangkan televisi tersebut, tidak terlihat pembicara yang mewakili instusi yang berada di atas Dikti. Sehingga sulit disimpulkan, apakah benar, masalah sudah selesai di sini? Wallaahu a'lam (Twitter: @ZOELFICK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H