Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Membedah Modus Operandi TrioMacan2000

4 November 2014   12:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:44 3002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14150544751060791538

Ya, cerita itu memang adalah cerita yang lebih banyak diceritakan di ruang-ruang pengajian, untuk menjelaskan bagaimana dampak dari niat baik dan niat buruk. Sekaligus juga bagaimana ketika niat baik hilang, maka kekuatan untuk melawan pun menjadi hilang.

Di sinilah, mengaitkan dengan kasus dan fenomena TrioMacan2000, terdapat kemiripan. TrioMacan2000 tidak bergerak sebagai pendakwah atau agamawan, tapi paling tidak mereka pernah sesumbar menyebut diri sebagai "pahlawan" yang akan menjadi pembawa pencerahan publik. Bahkan sempat mengangkat misi yang terkesan begitu mulia, ikut memberantas praktik korupsi di Indonesia.

Sayangnya, niat mulia itu tergerus--jika kita berbaik sangka saja bahwa awalnya mereka memang berniat baik. Uang dalam jumlah besar yang diiming-imingi kepada mereka, ini diakui Nuh di situs Asatunews.com, telah membuat mata silau. Tentu, ketika mata sudah silau, takkan ada celah untuk bisa kembali melihat dengan baik bukan? Sedikitnya, beginilah yang terjadi pada Nuh dkk.

Mereka terjebak ke dalam permainan pihak yang awalnya--kemungkinan--ingin mereka bidik. Ketika Nuh dkk merasa begitu percaya diri mereka lebih mampu memengaruhi massa untuk menjatuhkan reputasi seseorang, si pemilik uang ingin membuktikan bahwa kekuatan uang kerap lebih bisa diandalkan daripada massa. Paling tidak, ini terdapat petunjuk kuat sudah mulai terbukti.

Maka itu, pesan penting--menurut hemat saya--yang bisa diambil di balik kasus Nuh dkk ini adalah penting bagi siapa saja untuk tidak terkecoh berpikir akan terlihat pintar ketika "ikut-ikutan" terlibat "MLM isu". Apalagi di ranah jejaring sosial. Tidak saja merugikan diri sendiri, tergiring dalam opini yang sesat, tapi juga diperparah dengan dosa kepada publik, karena secara sadar tidak sadar telah berkontribusi juga dalam melakukan penyesatan publik.

Saya kira, menumbuhkan kewaspadaan tinggi di tengah berbagai fenomena itu menjadi hal yang mutlak penting. Paling tidak, agar tak terjadi seperti cerita tentang laron yang melihat banyak yang mengerumuni sesuatu yang terlihat bercahaya, kian banyak yang tergerak menuju ke mana tanpa benar-benar mengerti itu apa. Hasilnya laron-laron itu sedang menuju api yang membakar mereka, lalu mati. (Twitter: @zoelfick)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun