Mohon tunggu...
Soedjiwa Wijaya
Soedjiwa Wijaya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya orang biasa yg membiasakan berfikir biasa tapi berdayaguna luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Omong Kosong, Mereka Bilang Aku Sial (bag. 1)

16 Mei 2012   03:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:14 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"maaf.., wisma kyoei dimana ya?" aku bertanya kepada salah seorang security yang sedang bertugas.

alhasil, masih berupa jawaban yang kurang memuaskan, masih berupa petunjuk samar. Aku pun melangkah lagi dan tak lupa aku browsing mencari alamat pasti dan foto gedung itu. Dan aku akhirnya menemukan gedung yang aku maksud, "alhamdulillah...,"helaku.

Akan tetapi, aku tidak serta-merta langsung masuk gedung itu, terlebih dahulu aku mencari masjid untuk shalat dhuhur. Keringatku sudah mulai bercucuran tak karuan, pakaian yang kukenakan sudah tampak lusuh dan perutku rasanya enggan diajak bersabar. Sampailah aku dimasjid al-i'tisham kemudian aku mengambil wudhu dan shalat.

Aku istirahat sejenak di selasar masjid seraya memersiapkan hal yang akan aku perlukan nanti. Riuh suara notifikasi bbm para pengunjung masjid yang sedang istirahat menghiasi, aku hanya tersenyum. Waktu telah menunjukan pukul 12.43 maka aku kembali lagi menuju kyoei.

Masuk di gedung seperti biasa melalui metal detektor dan beberapa macam pemeriksaan. Dan aku pun mendapat tag visistor. Lantai 20 yang aku tuju, bersama orang-orang super sibuk (dengan urusannya  sendiri, mereka yang menyebut dirinya para eksekutif), aku tersenyum. Tiba giliran lantai dua puluh, pintu elevator pun terbuka dan batinku terasa lega. ah itu dia kantornya, teriakku dalam hati.

"selamat siang.....," sapa dua orang front office yang merangkap security berbarengan.

aku fikir mereka paduan suara atau cuma kompak yang berlebihan, aku tersenyum. Aku mengutarakan maksud kedatanganku kepada mereka dan mereka pun mempersilahkanku menunggu di ruang kaca (aku senang menyebutnya ruang kaca, sebuah ruang tunggu yang berdinding kaca). Tidak sampai sepuluh menit aku menunggu, ia yang aku cari tiba.

"tadi susah tidak nyari alamatnya..?"

"kebetulan tidak susah bu..."

Aku mengira pertama kali penampilannya, sebelum bertemu, ia sama dengan wanita karir lainnya, ber-span pendek dan blazer ketat. Tetapi ia yang ku temui memakai jilbab dan berpenampilan santun, aku tersenyum. Aku berdiri menyalaminya serta memperkenalkan diri. Ia kemudian mulai membuka pembicaraan, aku juga mengungkapkan maksud dan tujuan. Seperti yang aku duga sebelumnya ia menawarkan untuk bergabung menjadi broker (pialang) sekaligus marketing di perusahaannya. Aku hanya mengiyakan saja apa yang ia terangkan padahal aku mengerti perihal yang ia bicarakan, ah masa bodoh. Setelah beberapa penjelasan dan keterangan, aku agak bosan lalu aku mengalihkan pembicaraan ke hal lain, film. Tak kusangka aku mampu mengalihkan suasana perbincangan ke film, ia memulai cerita tentang sebuah filam, pursuit of happiness. Kami mulai berbagi cerita masalah yang lain walaupun terkadang ia masih berusaha mempengaruhiku untuk tertarik mengenai pekerjaan yang digelutinya. Di dalam hatiku sedikitpun tidak ada ketertarikan untuk menggeluti usaha di bidang trading keuangan dengan berbagai macam iming-imingnya.

waktu telah menunjukan pukul 14.45, aku mulai berbasa-basi untuk berpamitan. Setelah beberapa menit berbasa-basi, aku akhirnya berpamitan tak lupa pula aku mengucapkan terma kasih. Di luar gedung aku merasa menghirup udara lega, lega telah menunaikan janji. aku menyusuri trotoar sepanjangdukuh atas sembari berfikir hndak kemanakah aku, langsung pulang atau mampir dahulu ke priuk. Alhasil aku memutuskan untuk ke priuk karena bus yang ke priuk kebetulan lewat. Aku tak habis fikir dengan apa yang aku lakukan sekarang, melakukan hal yang kemungkinan dianggap orang lain percuma. Sampai pilalah aku di terminal tanjung priuk, disambut oleh segala keriuhan aktifitasnya. Mushola terminal lah yang menjadi tujuanku untuk menunaikan shalat ashar. Sembari menunggu adzan maghrib aku mondar-mandir di terminal, "jepret" sana-sini, dan sms. Adzan yang aku nanti serasa tak kunjung datang, senja enggan pula segera merona dan akhirnya aku memilih mendekati tukang bubur ayam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun