1. Aku ini milik Tuhan, hanya selalu mengabdi kepada Kehendak Tuhan.
2. Aku tidak akan memiliki yang berlebih, segala yang berlebih akan aku kembalikan kepada Tuhan melewati alam dan kebudayaan, dengan kesadaran: bahwa aku harus dermawan di dalam pikiran, dalam perasaan, dalam jiwa, dalam perkataan, dan dalam perbuatan.
3. Aku setia pada hati nuraniku.
4. Aku setia pada jalannya alam.
5. Aku hidup dengan menjunjung tinggi dan selalu terlibat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan.
Jika kita membaca paragraf pertama, kita tentu harus mengajukan sebuah pertanyaan: “Bagaimana kita tahu bahwa segala apa yang kita lakukan sudah cocok dengan kehendak Tuhan”? Jawabnya ada di paragraf 2 – yaitu kalau: “Kita tidak akan memiliki yang berlebih, segala yang berlebih akan kita kembalikan kepada Tuhan melewati alam dan kebudayaan, dengan kesadaran: bahwa kita harus dermawan di dalam pikiran, dalam perasaan, dalam jiwa, dalam perkataan, dan dalam perbuatan.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana kita bisa menjalankan paragraf yang ke-2? Jika kita setia pada hati nurani.
Bagaimana caranya kita setia pada hati nurani? Kalau kita setia pada jalannya alam.
Apa kongkritnya kita setia pada jalannya alam? Kalau kita hidup dengan menjunjung tinggi dan selalu terlibat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan.
MENGUTUHKAN DIRI DI SAAT KRITIS