Mohon tunggu...
sodik supriyanto
sodik supriyanto Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UIN K.H ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir - Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah - UIN GUSDUR Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Barat Atas Al-Qur'an dalam Tinjauan Postkoloial Edward Said

17 Oktober 2022   08:00 Diperbarui: 17 Oktober 2022   08:08 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Para sarjana Barat memproyeksikan semua gambaran positif kepada dunianya sendiri dan pada saat yang sama membuang citra negatif kepada dunia Timur yang mereka tulis. Mereka menghindari sejumlah identitas peyoratif seperti terbelakang, despotik, konfliktif, patrialkal, mistis, dan lain-lainnya, tetapi mengatribusikannya kepada dunia Timur.

Kedua, Orientalisme tidak hanya mengkonstruksi citra negatif, tetapi juga memonopoli representasi. Sarjana Barat mengklaim bahwa tidak ada yang layak dan mampu memberitahu Timur kecuali Barat. Mereka berpendapat bahwa dunia Timur tidak memiliki kemampuan untuk menampilkan dirinya sendiri. Dengan demikian, menurut Said, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Timur hampir seluruhnya diciptakan oleh Barat (Timur hampir merupakan penemuan Eropa) (M. Rafiq, 2019).

Berangkat dari asumsi negatif tentang Orientalisme, dan berdasarkan teori pengetahuan dan kekuasaan Michel Foucault, Edward Said sampai pada argumen yang cukup mencengangkan pada zamannya. Said mencontohkan Orientalisme berkaitan langsung dengan kolonialisme. 

Bagi Said, Orientalisme tidak netral dan objektif, karena ia lahir dan muncul sejak awal untuk penjajahan. Secara ontologis dan epistemologis, imperialisme bertujuan untuk menjadi, tujuan imperialisme sudah instrinsik dan menyatu dalam disiplin ini. Dengan demikian, setiap orang Eropa yang menulis tentang Timur, bagi Said, secara inheren adalah orang-orang yang rasis, imperialis, dan etnosentris. Mereka tidak bisa menghindari dari perasaan superior dan anggapan bahwa dunia Timur selalu lebih inferior dari dunia Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun