Mohon tunggu...
Agus Priyanto
Agus Priyanto Mohon Tunggu... Freelancer - sodarasetara

----

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Keberpihakan & Kebangkitan Partisipasi Massa

16 Januari 2016   20:04 Diperbarui: 17 Januari 2016   13:26 7787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak!! Para tukang besi, tukang kayu dan tukang batulah yang berani menjadi pasukan terdepan. Mereka yang kalah perang, berlari menyelamatkan diri ke Mataram, hampir dihukum di daerah kekuasaan Tumenggung Bahureksa dengan dimasukkan ke kandang macan jawa. Untung saja mereka selamat, dan berhasil membuat sang Tumenggung terpesona. Tidak ada yang berubah dari sifat birokrat daerah, mereka ingin naik pangkat dengan cara menginjak rakyat. Karena ingin naik pangkat pula, Si Tumenggung menawarkan diri kepada Sultan Agung untuk memimpin pasukan menaklukkan Batavia, dengan modal orang-orang sebangsa (bahkan seagama) yang hampir dia bunuh itu.

Di bangsa manapun di dunia, tidak ada yang istimewa dari para tukang ini, Tuan Sudirman, termasuk para tukang yang bergabung menjadi pasukan khusus Mataram penyerbu Batavia, kecuali mereka hanya ingin tanah airnya kembali menjadi milik mereka, bukan dikuasai semena-mena oleh orang asing. Mereka perlu menyabung nyawa untuk menyadarkan para penguasa yang sudah jelas dari dulu wataknya hanya ingin memperluas daerah kekuasaan saja.

Hanya bangsa si JP Coen saja yang membuat profesi para tukang ini pada abad-abad selanjutnya menjadi lebih tinggi, dibikinkan sekolah-sekolah yang lebih bergengsi di Delft, Aachen, Hamburg, Bremen dan lain-lain untuk para tukang, yang dilabeli dengan gelar-gelar bergengsi Ingenieur alias Ir atau Ing, yang dibaca orang kita dengan lafal Insinyur. Padahal mah tetap saja mereka itu tukang-tukang juga.

Lalu orang Londo itu tak suka dengan tukang-tukang dari bangsa mereka sendiri, gajinya mahal banget, Tuan. Mereka rekrut anak-anak terbaik dan terpintar di bangsa ini, untuk menjadi tukang! Bukannya mereka si Londo penjajah itu mendidik anak-anak terpintar bangsa kita memahami ilmu hukum, ilmu politik, ilmu kesusasteraan yang merupakan ilmu-ilmu tinggi, malah mereka jadikan tukang, tukang menghadapi wabah pes, tukang bikin saluran irigasi, tukang bikin bangunan.

Sudahlah Tuan Sudirman, tidak ada urusan antara anda para akuntan dan para tukang insinyur soal profesionalisme. Ini soal keberpihakan saja, anda dapatkan aset berupa minyak, gas, batubara, dan kekayaan alam lainnya, masuk kolom debet. Lalu apakah anda akan mengisi kolom kredit dengan modal asing, teknologi asing dan tenaga kerja asing, lalu meningkatkan utang dari menghisap darah dan tanah air milik rakyat?

Ini bukan soal profesionalisme anda para akuntan yang sukses memperbaiki kelembagaan negara dua windu belakangan lho, ini soal bagaimana anda yang sedang berkuasa mampu menghadirkan negara bagi pemilik sahnya, yakni rakyat, entah rakyat di Riau, di Mahakam, di Saumlaki, di Timika, pokoknya di seluruh penjuru Republik lah. Jangan pula anda pikir mereka cuma butuh uang-uang tunai, yang pada hakikatnya terbentuk dari hasil menambah utang anda, hasil menghisap darah dan tanah rakyat ...

-Hanief Adrian-

Membaca secara berulang-ulang komentar si insinyur pertukangan diatas, saya menjadi ingat Sajak Pertemuan Mahasiswa yang pernah dikumandangkan oleh si Burung Merak, WS. Rendra, dalam buku puisi “Potret Pembangunan dalam Puisi” yang ditulis pada 1 Desember 1977. Begini “Sajak Pertemuan Mahasiswa” yang dipersembahkan oleh WS Rendra kepada para mahasiswa UI dan menajdi salah satu adegan dalamfilm “Yang Muda Yang Bercinta” karya Syumandjaya yang sempat dilarang peredarannya oleh Orde Baru itu:

“Sajak Pertemuan Mahasiswa”

Matahari terbit pagi ini

Mencium bau kencing orok di kaki langit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun