Mohon tunggu...
Agus Priyanto
Agus Priyanto Mohon Tunggu... Freelancer - sodarasetara

----

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Keberpihakan & Kebangkitan Partisipasi Massa

16 Januari 2016   20:04 Diperbarui: 17 Januari 2016   13:26 7787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali kepada komentar yang menurut saya cukup menarik diatas, komentar itu datang dari seorang alumni sekolah pertukangan berlabel institut teknologi di Bandung yang bernama Hanief Adrian. Saya menilai komentar insinyur pertukangan ini cukup dapat menarik karena mengangkat patriotisme dari Tumenggung Bahureksa yang dikenal berani dalam melawan VOC di Batavia tahun 1628.

Begini kata si insinyur pertukangan itu:

“Surat Terbuka Untuk Sudirman Said”

Surat Untuk Sudirman Said dan Rejim Para Akuntan yang Tersinggung dengan Pernyataan Rizal Ramli dari Rejim Para Insinyur ...

Tuan, saya menulis dari sebuah tempat yang dulu sekitar tahun 1620-an kalender Gregorian, menjadi tempat menyusupnya pasukan khusus yang terdiri dari para tukang besi, tukang kayu dan tukang batu pribumi Jayakarta, dipimpin Tumenggung Bahureksa, panglima pasukan terdepan yang bersiap melawan pasukan VOC pimpinan Jan Pieterzoon Coen di Benteng Batavia, sebuah sejarah kecil tak tertuliskan di buku sejarah resmi mana pun, kecuali berbentuk fragmen singkat, hanya novel sejarah kecil yang pernah mengangkatnya. Novel yang tak laku ini pernah saya baca di perpustakaan SMP saya ...

Ah, Tuan Sudirman pasti kenal siapa sebenarnya Mur Jangkung aka JP Coen ini, wong ndeso kelahiran Hoorn, Belanda. Orang kampung yang awalnya cuma jadi bahan ejeken Tujuh Belas Tuan-Tuan Dewan Komisaris VOC ini berlatar pendidikan sama dengan Tuan, Akuntansi. Coen merantau berjalan kaki dari kampungnya di Hoorn menuju Venesia, belajar langsung dari mahaguru akuntansi, Luca Pacioli.

Di ibukota Republik Maritim terkuat Eropa inilah, Coen belajar dasar pembukuan. Mana sisi debit, mana sisi kredit, saldo bertambah dan berkurang. Melalui rumus sederhana Aset = Utang + Modal, Coen si orang ndeso ini memulai karir sebagai pegawai administrasi VOC, petualangan pertamanya adalah berlayar menuju Kepulauan Banda. VOC memilih berdagang langsung ke pusat produksi rempah-rempah di Maluku, ketimbang di bandar besarnya, Banten. Dulu pertama kali Cornelis de Houtman datang dengan kapalnya 4 biji langsung disikat habis orang Banten, maklum lah orang-orang bule itu sombongnya minta ampun. Sementara orang Banda cenderung ramah ...

Eh ternyata Tuan Sudirman, si JP Coen ini tak beda sikap dengan pendahulunya. Ketika rakyat Banda itu mulai membaca sikap JP Coen yang megalomaniak itu, ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah. Dulu mereka bebas saja bisa berdagang dengan pelaut Bugis, Ternate, Sulu, Brunei, Surabaya, Cina Semarang, Cina Lasem, Banten, hingga orang-orang Melayu. Tapi tiba-tiba Coen melarang orang Banda berdagang selain dengan VOC. Ribuan rakyat Banda yang berontak dibantai VOC, tidak peduli tua-muda-lelaki-perempuan, yang menyerah kalah digantung, ratusan orang Banda yang masih kuat bermanfaat bagi VOC dijual sebagai budak, diangkut ke Jayakarta.

Sikap megalomaniak JP Coen tidak usai sampai di Banda saja, dia provokasi rakyat Kadipaten Jayakarta yang kembali ramai itu, yang dulu pada waktu bernama Sundakalapa tidak berhasil direbut Fransisco De Sa karena kalah cepat datang dari Fatahillah. Awalnya JP Coen kalah dari rakyat Jayakarta, tersingkir ke Ambon. Namun dia kembali dengan puluhan kapal dan prajurit bayarannya, dibakarnya keraton dan seluruh kadipaten Jayakarta ...

Rupanya JP Coen ini berinovasi dengan ilmu akuntansinya, dia isi kolom debet dengan hasil bumi dari tanah air Nusantara paling mahal saat itu, rempah-rempah, lalu dia isi kolom kredit dengan darah rakyat. Semangkin sehat dan kaya-rayalah VOC itu :D

Siapa yang berani memberontak melawan JP Coen? Sultan Mataram? Sultan Banten? Sultan Cirebon? Para Raja lain dan Tumenggung yang cuma ingin menambah upeti dan perbendaharaan kerajaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun