Mohon tunggu...
SNF FEBUI
SNF FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Badan Semi Otonom di FEB UI

Founded in 1979, Sekolah Non Formal FEB UI (SNF FEB UI) is a non-profit organization contributing towards children's education, based in Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia. One of our main activities is giving additional lessons for 5th-grade students, from various elementary schools located near Universitas Indonesia. _________________________________________________________ LINE: @snf.febui _________________________________________________________ Instagram: @snf.febui ____________________________________________________ Twitter: @snf_febui _______________________________________________________ Facebook: SNF FEB UI ____________________________________________________ Youtube: Sekolah Non Formal FEB UI ______________________________________________________ Website: snf-febui.com ______________________________________________________ SNF FEB UI 2020-2021 | Learning, Humanism, Family, Enthusiasm | #SNFWeCare

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Desakan Vaksin dan Imunisasi untuk Anak

13 September 2021   19:54 Diperbarui: 30 September 2021   21:23 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang tua menginginkan anaknya untuk hidup sehat. Anak-anak diharapkan dapat bertumbuh dengan fisik yang tangguh, kuat, dan tahan terhadap penyakit. Untuk terciptanya anak-anak yang tahan terhadap penyakit tersebut, anak-anak harus diberi imunisasi dengan disuntik vaksin. 

Imunisasi dan vaksin sendiri merupakan dua hal yang berbeda. Vaksinasi adalah kondisi tubuh mendapatkan suntikan vaksin atau obat vaksin oral dengan tujuan meningkatkan imun tubuh dalam menangkal sebuah penyakit. 

Sedangkan, imunisasi adalah proses panjang tubuh dalam membentuk antibodi agar bisa kebal terhadap suatu penyakit. Kedua hal ini menjadi sesuatu yang paling dicari, terlebih dalam situasi pandemi seperti sekarang.

Berbagai upaya penelitian difokuskan pada pengembangan vaksin yang efektif untuk memerangi COVID-19. Pengembangan vaksin itu sendiri, bagaimanapun, tidak akan pernah berhenti mengingat jumlah varian baru terus bermunculan. Di sisi lain, keragu-raguan mulai merayapi banyak orang dengan lahirnya jenis vaksin yang telah bervariasi di berbagai negara. 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hingga 5 Juli 2021, telah terdapat 140.877 kasus COVID-19 pada anak dan 556 diantaranya meninggal dunia [1]. Tidak berhenti sampai di sini, Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan bahwa kasus konfirmasi positif COVID-19 pada anak telah mengalami peningkatan sebesar dua persen dibandingkan bulan Juli 2021 [2]. 

Melihat kasus infeksi virus yang sedikit demi sedikit mengalami peningkatan pada anak-anak, pemberian vaksin pun mulai segera dijalankan. 

Meskipun gejala yang dialami anak-anak biasanya ringan, tetapi bisa juga berakibat fatal. Maka dari itu, untuk menurunkan risiko anak terinfeksi virus COVID-19 dan memutus mata rantai penularan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta berusaha menggencarkan vaksinasi untuk anak berusia 12-17 tahun. 

Apalagi, sebagian besar lembaga penelitian dan produsen vaksin telah berlomba-lomba untuk mempercepat uji klinis vaksin COVID-19.

Dilema Vaksin di Tengah Masyarakat 

Infeksi COVID-19 telah dinyatakan Organisasi Kesehatan Dunia sebagai "pandemi" karena telah menyebar ke lebih dari 114 negara. Hal ini membuat banyak penelitian berfokus kepada pengembangan vaksin yang efektif untuk memerangi penyakit COVID-19. 

Dalam waktu yang terbilang singkat, beberapa jenis vaksin pun akhirnya muncul dan membuat banyak kalangan merasa skeptis karena belum mempercayai vaksin yang ada sepenuhnya, tidak terkecuali para orang tua. 

Keragu-raguan dan minimnya informasi yang sampai ke masyarakat menjadi hambatan besar dalam proses persebaran vaksin yang bisa dibilang menjadi terobosan dalam dunia kesehatan. 

Melalui studi tentang potensi penerimaan vaksin COVID-19 pada 13.426 orang yang dipilih secara acak di 19 negara yang sebagian besarnya memiliki beban COVID-19 yang tinggi, ditemukan bahwa 71,5% dari mereka akan mengambil vaksin jika terbukti aman dan efektif, sedangkan 48,1% mengatakan bahwa mereka akan divaksinasi jika lingkungan dekat mereka merekomendasikannya [3]. 

Sentimen Vaksin COVID-19 pada Anak

Pengujian vaksin sedang dilakukan, tetapi dengan berbagai alasan, anak-anak belum dilibatkan dalam proses pengujian vaksin [4]. Alasan yang pertama, pertimbangan risiko COVID-19 pada anak. 

Orang dewasa memang lebih rentan terinfeksi virus corona daripada anak-anak. Gejala atau komplikasi COVID-19 yang dialami orang dewasa pun umumnya lebih parah. Namun, bukan berarti anak-anak bisa kebal terhadap paparan virus ini. 

Anak-anak juga berisiko terinfeksi dan bahkan bisa mengalami komplikasi serius akibat COVID-19. Lebih lanjutnya, sistem kekebalan tubuh anak-anak berbeda dengan orang dewasa. 

Hal ini membuat dosis pemberian vaksin COVID-19 untuk anak-anak tidak bisa disamakan dengan dosis vaksin untuk orang dewasa.

Selain itu, kondisi anak yang masih berada dalam proses pertumbuhan membuat anak-anak belum dapat memberikan keputusan sendiri. 

Oleh karena itu, diperlukan izin dan persetujuan dari orang tua apabila peneliti ingin melakukan uji coba vaksin pada anak. Yang terakhir, pihak peneliti juga ingin memastikan bahwa vaksin COVID-19 yang diberikan kepada orang dewasa memang efektif dan aman sebelum disuntikkan kepada anak-anak. 

Oleh karena itu, diperlukan studi dan data yang lebih banyak lagi untuk memulai proses penelitian dan pengujian vaksin COVID-19 untuk anak-anak.

Perusahaan pertama yang melibatkan anak-anak usia 12--15 tahun pada uji coba vaksin COVID-19 adalah Pfizer pada September 2020. Tak hanya Pfizer, Moderna juga telah melakukan tes vaksin COVID-19 pada anak-anak usia 12--17 tahun. 

Saat ini, pemerintah melalui BPOM telah menyetujui Emergency Use Authorization (EUA) atau penggunaan dalam kondisi darurat vaksin CoronaVac pada anak usia 12--17 tahun dengan mengikuti panduan vaksinasi. 

Vaksin ini merupakan vaksin milik Sinovac. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas vaksin COVID-19 bagi anak-anak di bawah usia 12 tahun sebelum vaksin ini bisa digunakan secara luas.

Efektivitas Vaksin untuk Anak di Kala Pandemi

Vaksin  yang  aman  adalah  solusi  jangka  panjang  untuk mengatasi pandemi  COVID-19. Namun,  ketersediaan  vaksin  saja  tidak cukup untuk menjamin perlindungan imun yang luas karena vaksin juga harus dapat diterima baik oleh komunitas kesehatan maupun masyarakat umum. 

Keefektifan vaksin untuk anak yang masih dipertanyakan, memunculkan kesalahpahaman baru, diantara kesalahpahaman  yang  paling  umum  adalah  bahwa  manfaat  vaksinasi  tidak  lebih besar  daripada  risikonya dan  bahwa  kekebalan  yang  diperoleh  dari  bertahannya suatu penyakit lebih unggul daripada kekebalan dari vaksinasi. 

Padahal, kekhawatiran  tentang  perlunya  vaksin  COVID-19  dapat  dikurangi  dengan menunjukkan tingginya angka morbiditas (persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan) dan mortalitas (ukuran kematian) yang terkait dengan penyakit [5].

Pada dasarnya, terlepas dari kelompok usia yang divaksin, vaksin memang memegang peranan penting untuk membangun imunitas tubuh seseorang terhadap virus. 

Dalam vaksin, terdapat antigen yang merupakan komponen kecil yang sudah dimatikan dan tidak berbahaya dari suatu organisme penyebab penyakit. Antigen yang disuntikkan melalui vaksin akan membentuk antibodi. Antibodi inilah yang akan melatih sistem imun tubuh kita untuk mengenali virus yang masuk. 

Dengan demikian, tubuh kita pun memiliki sistem pertahanan untuk melawan virus Corona dan tidak rentan sakit. Secara jangka panjang, penyuntikan vaksin juga akan membentuk herd immunity. Semakin banyak orang yang divaksin, maka semakin banyak orang yang kebal terhadap virus. 

Dengan begitu, angka penularan akan menurun sehingga lebih banyak orang bisa terhindar dari virus COVID-19, termasuk mereka yang tidak bisa divaksinasi karena kondisi kesehatan. 

Tembok Penghalang Imunisasi Anak

Pandemi COVID-19 secara global sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan, khususnya di Indonesia, terutama pelayanan kesehatan dasar termasuk imunisasi. Angka cakupan imunisasi rutin dasar dan lanjutan di berbagai daerah di Indonesia telah mengalami penurunan. 

Beban penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Indonesia masih sangat tinggi sehingga pelayanan imunisasi menjadi sangat penting terutama di masa pandemi. 

Perubahan yang signifikan pada layanan imunisasi, bahkan untuk waktu yang singkat, akan mengakibatkan peningkatan jumlah individu yang rentan dan meningkatkan kemungkinan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. 

Hal ini dapat berdampak pada layanan kesehatan dan menjadi beban ganda apabila terjadi outbreak atau kejadian luar biasa.

Secara kumulatif, layanan imunisasi terganggu kurang lebih di 90% posyandu dan 65% puskesmas [6]. Gangguan terhadap layanan imunisasi disebabkan oleh berbagai alasan, seperti kurangnya pemahaman terhadap panduan Kemenkes, besarnya risiko penularan COVID-19 di wilayah puskesmas, kurangnya dana akibat pengalihan dukungan ke rencana respon pandemi, terbatasnya jumlah vaksinator berpengalaman yang dialihtugaskan untuk menangani pandemi COVID-19, gangguan transportasi akibat pembatasan perjalanan, dan penutupan sekolah. 

Data cakupan imunisasi pada bulan Januari sampai dengan April 2020 dibandingkan dengan 2019 pada kurun waktu yang sama menunjukkan penurunan mulai 0,5% sampai dengan 87% [7].

Menanggapi rekomendasi WHO dan respon terhadap penurunan angka cakupan imunisasi pada bayi dan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai organisasi profesi juga mengeluarkan panduan pelayanan imunisasi, antara lain  adalah pentingnya imunisasi dasar bagi bayi dan anak sampai umur 18 bulan untuk melindungi dari penyakit berbahaya lain yang telah berjalan selama ini. 

Selain itu, banyaknya bayi dan balita yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap dapat menyebabkan berbagai wabah penyakit lain yang bisa mengakibatkan banyak anak sakit berat, cacat, atau meninggal. 

Oleh karena itu, layanan imunisasi dasar harus tetap diberikan di Puskesmas, praktik pribadi dokter, atau rumah sakit sesuai jadwal. Dengan adanya beban penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi masih tinggi, layanan imunisasi tetap dan harus dilakukan sesuai rekomendasi dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.

Penentu Masa Depan Anak

Dengan rasa penasaran dan jiwa bebas yang tinggi, anak-anak menjadi lebih sulit mengontrol diri. Bukan tidak mungkin, mereka justru akan lebih mudah terpapar oleh virus. 

Terlebih lagi, akhir-akhir ini muncul varian baru Delta yang rentan menyerang kelompok usia anak [8].  Oleh sebab itu, melakukan vaksinasi dan imunisasi pada anak merupakan salah satu cara terbaik untuk melindungi mereka dari serangan kasat mata. 

Meskipun belum terdapat penelitian atau pemberitahuan lebih lanjut terkait kebijakan vaksin yang pasti untuk anak, orang tua bisa melakukan pencegahan dengan selalu menerapkan protokol kesehatan serta mengingatkan anak untuk menerapkannya juga. 

Selain itu, sebisa mungkin hindari membawa anak bepergian ke luar rumah. Vaksinasi memang penting agar anak-anak maupun orang dewasa dapat terlindung dari COVID-19, tetapi mematuhi protokol kesehatan juga sama pentingnya. 

Sudah divaksin tidak menjamin anak tidak tertular ataupun menularkan virus Corona. Untuk itu, tetap patuhi 5M yang terdiri dari : Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, dan Mengurangi mobilitas. 

Oleh : Christabel Nathania Surya │ EAK'20

Wakil BPH Biro Jurnalistik 2021

Referensi

[1] Jakarta Tanggap COVID-19. Jakarta Tanggap COVID-19. (2021). Retrieved 6 September 2021, from https://corona.jakarta.go.id/id/artikel/catatan-penting-vaksinasi-covid-19-untuk-anak-usia-12-17-tahun.

[2] Astuti, N., Nugroho, E., Lattu, J., Potempu, I., & Swandana, D. (2021). Persepsi Masyarakat terhadap Penerimaan Vaksinasi Covid-19: Literature Review. Retrieved 6 September 2021, from.

[3] Info Seputar Vaksin COVID-19 untuk Anak-Anak. Alodokter. (2021). Retrieved 6 September 2021, from https://www.alodokter.com/info-seputar-vaksin-covid-19-untuk-anak-anak.

[4] Imunisasi Bayi dan Anak pada Masa Pandemi Covid-19 - Repositori Universitas Kristen Indonesia. Repository.uki.ac.id. (2021). Retrieved 6 September 2021, from http://repository.uki.ac.id/id/eprint/3863.

[5] Junaedi, D., Arsyad, M., Salistia, F., & Romli, M. (2021). Menguji Efektivitas Vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal, 4(1), 120-143. https://doi.org/10.47467/reslaj.v4i1.537

[6] Media, K. (2021). Imunisasi dan Vaksinasi, Sama atau Beda? Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.com. Retrieved 6 September 2021, from https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/25/130000865/imunisasi-dan-vaksinasi-sama-atau-beda-?page=all.

[7] Childhood Immunization Refusal: Provider and Parent Perceptions. Citeseerx.ist.psu.edu. (2004). Retrieved 6 September 2021, from http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.521.5107&rep=rep1&type=pdf.

[8] Media, K. (2021). Kematian Covid-19 pada Anak Meningkat, Wamenkes: Jangan Tunggu Anak Sesak, Segera ke Rumah Sakit. KOMPAS.com. Retrieved 7 September 2021, from https://nasional.kompas.com/read/2021/08/30/15323621/kematian-covid-19-pada-anak-meningkat-wamenkes-jangan-tunggu-anak-sesak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun