Saf sudah rapat, tapi mengapa setan masih bisa berbisik di telingaku?
      "Uang di kotak itu cukup untuk makan keluargamu selama dua minggu!" bisiknya.
      Astagfirullah. Hatiku mencoba bertahan untuk ingat kepada Allah. Tapi apa daya, kesulitan hidup membuat mata batinku tertutup. Aku balikkan badanku ketika jamaah lain sedang ruku' langsung menuju kotak amal masjid. Dengan sekali congkel terbuka kotak itu. Kuraup lembaran-lembaran yang ada di dalam kotak. Ada empat atau lima kali raupan yang segera aku jejalkan dalam kantong celana.
      Setelah kurasa cukup aku bergegas keluar dari masjid. Ketika kaki kananku menginjak teras, tiba-tiba terdengar suara keras dari balik jendela.
      "Maling ... maling ... !!!!"
      Seketika aku berlari secepat kilat. Tak sempat aku menengok ke belakang. Suara yang mengejarku terdengar makin riuh. Aku terus berlari.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
      Ahhh ... air apa ini? Terasa dingin di punggung. Bau bensin menyeruak. Oh Gusti Allah ... mereka benar-benar mau membakarku. Tak sempat aku berpikir, tak sempat aku minta ampun, tiba-tiba salah seorang dari mereka melentingkan pemantik yang sudah menyala sumbunya. Seketika api berkobar di sekujur tubuhku, menjilat-jilat tanpa perintah. Terbayang istriku yang sudah seminggu ini terpaksa bersembunyi dari kejaran utang. Terbayang anak-anak yang menangis, merengek tak mau ke sekolah karena malu tagihan sekolahnya belum dilunasi.
      Ya Allah ... aku ingin kaujadikan api ini sebagai api yang membakar Ibrahim. Tapi tidak seperti yang aku harapkan. Barangkali karena aku masih bergelimang dosa. Mohon ampun kepada-Mu, ya Allah.
Tiba-tiba suasana jadi hening. Melayang diriku di antara kerumunan orang, menuju cahaya yang tak pernah kutemui di dunia ini.
Semarang, 5 Desember 2023