Mohon tunggu...
Salma Aulia
Salma Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran

"Work hard in silence. Success be your noise"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Griya Schizofren: Aku, Kamu, Mereka Layak Hidup sebagai Manusia

10 September 2023   23:51 Diperbarui: 11 September 2023   02:16 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Triana Rahmawati peraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2017 bidang kesehatan dengan inovasi gerakan Griya Schizofren (Sumber: satu-indonesia.com)

Aku, kamu, mereka layak hidup sebagai manusia

Latar Belakang Terciptanya Gerakan Griya Schizofren

Bermula dari keprihatinan tiga pemuda terhadap kondisi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) di tahun 2012, dimana mereka menyadari masih terbatasnya jumlah psikolog dan dokter dengan spesialisasi kedokteran kejiwaan, yang tidak berbanding lurus dengan jumlah masyarakat yang ada di sekitar lingkungan. Harusnya masalah kejiwaan ini menjadi concern bagi orang-orang non psikologis/kedokteran (non medis), yaitu masyarakat. Bukan malah disalahpahami dengan berbagai stigma yang mengakar di otak.

Akhirnya Triana Rahmawati, Febrianti Dwi Lestari, dan Wulandari mulai menginisiasi gerakan Griya Schizofren secara perlahan, sebagai respons terhadap perhatian mereka terhadap ODMK. 

Awalnya, mereka terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)-Pengabdian Masyarakat UNS dengan tujuan mendekati masalah ODMK dari perspektif Ilmu Sosiologi. Mereka ingin menghubungkan interaksi sosial antara orang dengan masalah kejiwaan dengan masyarakat bergandengan tangan dengan salah satu panti di Surakarta, Griya PMI Peduli. Mulai dengan berkontribusi memberikan pendampingan kepada ODMK. Pada awalnya, hanya sepuluh mahasiswi yang ikut terlibat dalam kegiatan ini, dengan mengunjungi dan berinteraksi dengan ODMK di Griya PMI sekitar 3-4 kali seminggu. Lambat laun, jumlah yang terlibat meningkat menjadi sekitar 50 orang. Pada bulan Oktober 2014, Triana bersama rekan-rekannya mendirikan Griya Schizofren sebagai langkah lebih lanjut dalam membantu ODMK.

Hingga saat ini, Griya Schizofren telah berhasil mencapai lebih dari 130-200 ODMK, baik di wilayah Solo maupun di luar kota. Pendampingan yang mereka berikan juga melibatkan keluarga ODMK.

Aktivitas pendampingan yang dilakukan mencakup berbagai aktivitas interaksi layaknya manusia di lingkup sosial, seperti mengobrol, berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, bernyanyi, menggambar, melakukan aktivitas kreatif seperti melipat kertas, menjalankan ibadah salat bersama, bahkan merayakan hari besar atau hari raya.

Output Gerakan Griya Schizofren

Gerakan yang dilakukan Griya Schizofren semuanya memiliki output yang berfokus pada aspek sosiologis atau sisi penerimaan masyarakat terhadap masalah kejiwaan dan ODMK. Output pertama adalah membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan tugasnya dalam mengedukasikan isu kesehatan mental atau masalah kejiwaan ini penting untuk publik, karena masyarakat membutuhkan informasi yang lengkap dan jelas mengenai masalah kejiwaan ini. 

Selain itu, output yang ingin dicapai oleh Griya Schizofren adalah mengedukasi masyarakat  yang sudah terlanjur mengalami masalah kejiwaan, seperti di panti Griya PMI Peduli dengan melakukan tanggung jawab sosial kita sebagai masyarakat untuk membantu secara operasional maupun interaksi sosial.

Output lainnya adalah membantu mencegah orang-orang mengalami masalah kejiwaan dengan cara melibatkan interaksi sosial, sehingga tercipta proses pembelajaran secara tidak langsung. Orang dengan masalah kejiwaan merupakan salah satu guru terbaik dengan interaksi dan komunikasi yang dilakukan dengan ODMK sehingga kita mengetahui kondisi keadaan mereka. Hal ini akan membuat ODMK merasa diterima, dan masyarakat pun merasa belajar dari kondisi mereka tersebut.

Jadi Kalau Ditanya Griya SCHIZOFREN Itu Apa? 

Sumber: Griya Schizofren
Sumber: Griya Schizofren

Griya Schizofren  diambil dari kata SC itu social yang menandakan ini merupakan gerakan sosial, HI adalah humanity yang berarti rasa kemanusiaan, yang menandakan gerakan ini adalah bentuk memanusiakan manusia, ZO adalah zone yang berarti melalui gerakan ini maka dibangunlah sebuah zona, FREN diambil dari kata friends yang menandakan bahwa gerakan ini bersifat friendly untuk merangkul ODMK,” tutur Triana dalam acara talkshow Good Movement “Membangun Masa Depan Lebih Sehat Bersama Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards” 5 September lalu.

Stigma itu muncul, karena tidak ada interaksi sosial. Jadi hanya berasal dari ‘katanya, katanya, katanya’ yang tentu informasinya tidak lengkap. "Katanya" itu tadi sudah menjadi kebenaran dalam otak sebelum divalidasi. Nah ketika muncul interaksi sosial, tatapan mata, sentuhan tangan itu bisa ditapis karena mereka ternyata tidak semenyeramkan itu. Maka dari sinilah, terciptanya pertukaran kepercayaan antara orang dengan masalah kejiwaan (warga) dan masyarakat. Lalu ODMK di sini tidak dipasung, karena mereka dibiasakan untuk hidup sebagai manusia yang memiliki beban, bakan, minat dan itu semua dikembangkan oleh komunitas ini dengan didampingi oleh SATU Indonesia Awards tahun 2017.

Langkah Griya Schizofren 

Dalam proses menjalankan gerakan Griya Schizofren, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesejahteraan mental dan psikologis, yaitu:

  1. Melibatkan volunteer ahli, orang yang ahli pada bidangnya (psikolog dan dokter SPKJ).   

  2. Melibatkan masyarakat sebagai volunteer terapis atau interaksi. Tugasnya adalah membangun interaksi sosial. Jadi ketika kamu tidak memiliki kemampuan di bidang psikis dan medis, setidaknya kamu memiliki hati, maka datang dan berikanlah dengan hatimu.

Griya Schizofren memperjuangkan berbagai hal untuk misi memanusiakan manusianya, yakni menghadirkan menghadirkan semua acara-acara yang dirayakan oleh masyarakat secara umum di panti-panti. Intinya, hak-hak mereka (ODMK) sebagai masyarakat dikembalikan terlebih dahulu. Untuk mengembalikan kesejahteraan sosial, sehingga mereka tidak lepas dari bangsa, negara, dan agama.

Seiring perkembangannya dalam 1 dekade, Griya Schizofren telah memiliki ratusan volunteer yang memiliki motivasi bergabung bermacam-macam, beberapa diantaranya yang memiliki perhatian khusus pada masalah kejiwaan bahkan ODMK itu sendiri. Hal yang dilakukan oleh Tria dan rekannya untuk memperjuangkan gerakan ini adalah dengan berkolaborasi  bersama seluruh elemen volunteer untuk melahirkan lapangan pekerjaan yang ramah dengan kondisi mereka yang memang berbeda dengan kondisi orang disekitarnya (punya kebutuhan khusus).  

Akhirnya Griya Schizofren melahirkan layanan konsultasi (counseling), dimana orang dengan masalah kejiwaan dilibatkan di dalamnya, sebagai fasilitator, analis, dan lain sebagainya. Jika mereka memiliki kemampuan yang lain bisa berkontribusi di bidang desain grafis yang salah satu output produknya adalah souvenir yang dibagikan dan dijual pada publik sebagai menjadi jembatan mengukur angka penurunan stigma masyarakat sekaligus kesadaran bahwa mereka bisa dan memiliki karya.

Sehingga, perjuangan yang dilakukan oleh Griya Schizofren ini menciptakan kesejahteraan bagi ODMK secara sosial, sejahtera secara ekonomi dan berikutnya mereka naik sejahtera secara keterampilan dan skill.  

Konsistensi untuk Bertahan menjadi Tantangan Terbesar Tria Menjalankan Griya Schizofren

Tria mengaku, bahwa tantangan terbesar lahir dari diri sendiri, karena mungkin secara kemampuannya ia masih belajar, lalu diikuti dengan prosesnya panjang, namun di saat yang sama ia sudah harus bisa memberikan dampak atau manfaat bagi orang lain. Maka Tria mengungkapkan bahwa konsistensi untuk bertahan dikala masa sulit adalah tantangan terbesarnya selama menjalankan gerakan Griya Schizofren.

Tria juga berpendapat bahwa orang yang bergerak di bidang sosial bukanlah orang yang paling kuat, tapi adalah orang-orang yang senantiasa dikuatkan oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Satu hal yang ia syukuri dari semua prosesnya hingga kini adalah,

“Sehingga yang aku syukuri sekarang adalah tidak pernah berhenti berjuang.”

Motivasi Pendorong Gerakan Griya Schizofren

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki fisik dan jiwa yang keduanya bisa sakit. Artinya, isu ini akan selalu ada. Tapi bagaimana masyarakat bisa dewasa dengan penerimaannya terhadap masalah kesehatan mental itu jadi masalah yang penting. 

Selama ini, masyarakat bersikap seolah-olah tidak bertanggung jawab atas masalah mental, padahal ada kemungkinan bahwa munculnya masalah mental itu ada faktor dari masyarakat. Maka dari itu, sebagai bagian dari masyarakat, Tria dan rekan-rekannya di Griya Schizofren sedang belajar untuk membangun ruang yang aman dan nyaman bagi mental semua orang, dari keluarga, generasi selanjutnya, bahkan orang yang memiliki masalah kejiwaan. 

Di sini poinnya adalah belajar, dimana belajar itu masanya sepanjang hayat dan ada kemungkinan melakukan kesalahan dan akhirnya bisa memperbaiki dan mengetahui metode yang benar. Proses belajar ini memang terkadang melelahkan, tapi ada juga fase kita akan takjub dengan prosesnya yang menghantarkan kita bertemu banyak kesempatan dan mendengar banyak cerita orang yang sedari lama berjuang di bidang yang digeluti ini. Bahkan mereka tidak lelah untuk berjuang, jadi hal ini kembali mengingatkan diri:

“Masa segini aja udah nyerah, capek, padahal belum seberapa dibanding perjuangan orang lain?”.

Motivasi pendorong lain menurut Tria adalah angka orang-orang dengan masalah kejiwaan trennya naik. Nah, sedangkan untuk meningkatkan awareness orang memiliki kepedulian lebih pada isu ini tergolong sulit. Belum lagi angka untuk mengedukasi orang ini secara lengkap tentang kesehatan mental, belum lagi orang dengan masalah kesehatan mental memiliki family caregiver, dimana keluarga tidak pernah bisa absen sehari saja untuk ga peduli dengan isu seperti ini, mereka bisa saja kelelahan suatu saat. Artinya, bagaimana caranya kita untuk bekerja atau berinovasi lebih smart, lebih cerdas untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat kalau isu ini penting untuk aku, kamu dan generasi selanjutnya.  

Kepercayaan banyak  pihak yang percaya bahwa aku bisa melangkah sejauh ini dan bisa lebih jauh lagi. Kepercayaan ini lah yang menjadi bahan bakar, penggerak-penggerak sosial seperti yang lainnya habis istirahat bangkit lagi, habis istirahat bangkit lagi. Karena kepercayaan itu penting. Salah satu hal yang ga bisa dibeli di dunia ini adalah kepercayaan publik.       

Keberdampakan dan Harapan

Awalnya Tria mengaku bahwa ia merasa tidak pantas untuk dihitung dampaknya. Ia menganalogikan ketika tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu melihat, mengukur, dan menghitung. Tapi, makin ke sini, ia menyadari bahwa masyarakat juga butuh tau dan berhak tau apa saja yang telah dilakukan oleh Griya Schizofren, bukan untuk pamer, tapi agar masyarakat tau mereka bisa dan mau membantu di step yang mana, dan membutuhkan bantuan dimana. 

Dampak Griya Schizofren sampai saat ini adalah dari segi volunteer yang telah berjumlah ratusan, lalu ia sempat membuat podcast bersama Astra yang ditonton puluhan ribu orang sehingga mengundang banyak tawaran kolaborasi dari berbagai pihak untuk membantu Griya Schizofren. Jadi, dampaknya adalah melibatkan lebih banyak masyarakat untuk menyelesaikan ini bersama-sama. Karena masalah ini, tidak akan pernah selesai dari seorang individu atau satu komunitas saja. Bila memungkinkan, Tria pun merencanakan untuk membuka cabang-cabang Griya Schizofren di tempat lainnya untuk fungsi edukasi dan riset kedepannya agar manfaat keberadaan Griya Schizofren makin meluas.  

Lalu hal terukur lainnya adalah terdapat 130 orang dengan masalah kejiwaan yang sedang diperjuangkan kehidupannya dan kesejahteraannya secara sosial, ekonomi dan keterampilan. oleh Griya Schizofren.

Dampak lainnya yakni dibentuknya social entrepreneurship business yang berusaha dibantu secara operasional skala panti dengan perlahan, karena manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan. Kedepannya akan dikembangkan pendampingan ke keluarga-keluarga  (family caregiver–yang tidak banyak dibantu masyarakat karena tidak terhubung di organisasi atau panti dan tidak mendapatkan informasi) untuk membantu hak-hak mereka secara sosial.   

Kerja sama yang dilakukan bersama Astra dengan impact report, modul pendampingan sederhana dari sisi sosial ketika ada orang di sekitar kita mengalami masalah kejiwaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun