Mohon tunggu...
Salma Aulia
Salma Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran

"Work hard in silence. Success be your noise"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Griya Schizofren: Aku, Kamu, Mereka Layak Hidup sebagai Manusia

10 September 2023   23:51 Diperbarui: 11 September 2023   02:16 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Triana Rahmawati peraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2017 bidang kesehatan dengan inovasi gerakan Griya Schizofren (Sumber: satu-indonesia.com)

Akhirnya Griya Schizofren melahirkan layanan konsultasi (counseling), dimana orang dengan masalah kejiwaan dilibatkan di dalamnya, sebagai fasilitator, analis, dan lain sebagainya. Jika mereka memiliki kemampuan yang lain bisa berkontribusi di bidang desain grafis yang salah satu output produknya adalah souvenir yang dibagikan dan dijual pada publik sebagai menjadi jembatan mengukur angka penurunan stigma masyarakat sekaligus kesadaran bahwa mereka bisa dan memiliki karya.

Sehingga, perjuangan yang dilakukan oleh Griya Schizofren ini menciptakan kesejahteraan bagi ODMK secara sosial, sejahtera secara ekonomi dan berikutnya mereka naik sejahtera secara keterampilan dan skill.  

Konsistensi untuk Bertahan menjadi Tantangan Terbesar Tria Menjalankan Griya Schizofren

Tria mengaku, bahwa tantangan terbesar lahir dari diri sendiri, karena mungkin secara kemampuannya ia masih belajar, lalu diikuti dengan prosesnya panjang, namun di saat yang sama ia sudah harus bisa memberikan dampak atau manfaat bagi orang lain. Maka Tria mengungkapkan bahwa konsistensi untuk bertahan dikala masa sulit adalah tantangan terbesarnya selama menjalankan gerakan Griya Schizofren.

Tria juga berpendapat bahwa orang yang bergerak di bidang sosial bukanlah orang yang paling kuat, tapi adalah orang-orang yang senantiasa dikuatkan oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Satu hal yang ia syukuri dari semua prosesnya hingga kini adalah,

“Sehingga yang aku syukuri sekarang adalah tidak pernah berhenti berjuang.”

Motivasi Pendorong Gerakan Griya Schizofren

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki fisik dan jiwa yang keduanya bisa sakit. Artinya, isu ini akan selalu ada. Tapi bagaimana masyarakat bisa dewasa dengan penerimaannya terhadap masalah kesehatan mental itu jadi masalah yang penting. 

Selama ini, masyarakat bersikap seolah-olah tidak bertanggung jawab atas masalah mental, padahal ada kemungkinan bahwa munculnya masalah mental itu ada faktor dari masyarakat. Maka dari itu, sebagai bagian dari masyarakat, Tria dan rekan-rekannya di Griya Schizofren sedang belajar untuk membangun ruang yang aman dan nyaman bagi mental semua orang, dari keluarga, generasi selanjutnya, bahkan orang yang memiliki masalah kejiwaan. 

Di sini poinnya adalah belajar, dimana belajar itu masanya sepanjang hayat dan ada kemungkinan melakukan kesalahan dan akhirnya bisa memperbaiki dan mengetahui metode yang benar. Proses belajar ini memang terkadang melelahkan, tapi ada juga fase kita akan takjub dengan prosesnya yang menghantarkan kita bertemu banyak kesempatan dan mendengar banyak cerita orang yang sedari lama berjuang di bidang yang digeluti ini. Bahkan mereka tidak lelah untuk berjuang, jadi hal ini kembali mengingatkan diri:

“Masa segini aja udah nyerah, capek, padahal belum seberapa dibanding perjuangan orang lain?”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun