Karena kita nggak pernah sadar. Tahun 1928 mereka tuh sadar. Ini nggak bisa gini gini terus. Orang Ambon berjuang sendiri enggak dapet apa-apa. Perang Jawa kurang apa? Nggak selesai.
Kita harus, orang yang sependeritaan sepenanggungan ini kemudian tercerahkan di tahun 1928. Pencerahan itu karena pendidikan. Sehingga keluarlah Sukarno, Hatta, Syahrir akibat pendidikan. Tercerahkan mereka. Termasuk orang-orang yang menamai Jong Java, Jong Celebes bersatu, berikrar, berbangsa yang satu. Perjuangan kita satu, Indonesia.
Bagaimana melihat sekarang?
Misalnya, kebudayaan batak dengan rumah adanya. Kebudayaan batak itu sebetulnya itu bukan kebudayaan yang stop pada satu masa. Kebudayaan batal itu harus berkembang. Kita nggak bisa. Kadang kita sering kali kembali ke roots. Itu jadi akarnya puritanism. Puritanism kadang-kadang mengecoh dan menyesatkan. Puritanism itu kembali ke nilai awal atau keaslian.
Makanya Soekarno berkali-kali bilang, Kenapa namanya Indonesia?
Karena, kita ini orang-orang suku ini, bukan orang asli. Orang Jawa bukan orang asli. Orang Jawa itu hasil perkumpulan dari berbagai macam pendatang. Kemudian membentuk Jawa. Aslinya siapa?
Kalau kita baca semua tulisan yang ada sebelum tahun 60 tentang ke-Indonesiaan. Itu sudah menjelaskan itu. Makanya kita namanya, Indonesia. Indo itu artinya campuran. Nesia itu artinya kepulauan (archipelago). Atas kesadaran itu, the founding fathers itu, kita ini nggak ada yang asli. Kita ini menjadi satu, unsurnya apa? Bahasa, the very basic. Kita sepakati bahasa Melayu. Sebetulnya bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia karena dipakai di kancah perdagangan. Jadi yang banyak dipakai bahasa Melayu. Kemudian kita merdeka ada Pancasila dan sebagai-sebagainya. Itu semua disusun atas dasar kepengetahuan mereka terhadap latar belakang mereka.
Sukarno sendiri sudah nggak bisa bilang namanya Jawa. Sukarno sendiri namanya Sanskrit. Karna, itu bukan nama Jawa. Karna itu Sanskrit.
Jadi tugas kita apa sekarang?
Jadi sebetulnya tugas kita banyak. Suku-suku itu harus mengembangkan dirinya untuk mengisi. Mengisi apa? Mengisi ke-Indonesiaan. Semua menuju satu titik.
Kembali ke masalah ke-Indonesiaan, keaslian. Tidak ada pretensi saya untuk mengaburkan atau meniadakan para suku itu. Karena suku-suku adalah roots kita. Tapi harus diingat roots yang dimaksud itu harus berkembang atau berevolusi.