Mohon tunggu...
SLAM Indonesia
SLAM Indonesia Mohon Tunggu... Penulis - Media Anak Muda

SLAM kepanjangan dari Suara Laras Anak Muda. Membawa suara dan narasi skena-skena anak muda di Indonesia dan cerita sejarah republik. Melalui medium tulisan dan audio (podcast). Dengan harapan melahirkan 'ruang diskusi' untuk anak muda. Kunjungi podcast kami di Spotify (SLAM Indonesia) spotify:show:2umh8SLetO9aUtkGIfKFGL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Meneliti dan Melebur dengan Masyarakat dari Perspektif Etnomusikolog Rijal Tanmenan

28 Februari 2019   20:09 Diperbarui: 28 Februari 2019   20:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena di sana ada teknik insider outsider ya. Di dalam observasi. Cuman kan itu di era 40an 60an ya. Tokoh-tokohnya kan ada Alan K. Yang muda dari eranya tadi Susan Kleiner. Dan masih banyak lagi. Cuman kan yang jadi catatan zaman sekarang kan, sebuah bangsa atau budaya, mengalami perkembangan dan evolusi. Kayaknya kita bisa tutup Alan, Susan dan tokoh tokoh lain. Karena budaya kita bergerak cepat. Nah jadi kita harus melupakan semua teknik itu. Kalau aku sih kayak gitu. Ngejalanin sebuah pendekatan ke masyarakat harus berbaur.

Kita tidak bisa serta merta, ya tau ya, masyarakat kita kalau kita sedang penelitian kan, itu susah ngedapetin data, semua jadi fake. Nah mending kita copot semua atribut itu semua. Sejauh ini pengalamanku seperti itu.

Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, pendekatannya seperti apa ketika meneliti suatu daerah?

Sewaktu aku masih kuliah. Studinya aku kan ada dua etnis. Pertama ada etnis Bali. Aku tertarik dengan dunia perkusi. Aku suka dengan jenis perkusi, namanya Bale Ganjur. Kalau diteliti dari peran, fungsi, kedudukan, sudah banyak banget. Terus kedua, etnisnya yang suka aku teliti waktu itu, Minangkabau, Sumatera Barat. Terkhusus untuk jenis perkusinya. Talempong.

Talempong ini banyak banget. Aku pilih Talempong Pacik. Nah untuk peran, fungsi, kedudukan sudah banyak studinya. Zaman sekarang menurutku peran fungsi bukan lagi spotnya. Jadi aku capturenya, sebuah bangsa, sebuah etnis, sebuah musik bangsa, yang selera sekarang gitu.

Pada masa aku kuliah itu. Aku kekurangan dana untuk pengajuan observasi lapangan. Itu menuntutku memilih cara yang sederhana. Kalau ke Bali banyak modal. Kalau Minangkabau kan aku orang sana. Jadi langsung selo gitu.

Jadi Uda awal sebelum penerjunan dan pendekatan penelitian?

Untuk Bale Ganjur, jenis perkusi Bali, itu ketertarikan aku terhadap bunyi-bunyian mereka. Aku dengar denger dari referensi audio. Aku merasa itu unik ya. Kenapa itu namanya Bale Ganjur, kenapa ini ada namanya Gamelan Gong gede. Kenapa musiknya begini. Awalnya begitu sebelum penelitian ya. Aku coba cari dan capture hal lain dari itu.

Ketertarikan itu sampai aku studi ke Karangasem. Dari situ liat, aku berubah lagi. Makanya aku tidak pernah kunci sebuah data. Buka lagi, jadi mengalir. Waktu aku turun di sana. Sebenarnya ketertarikan itu menuntut kita untuk kreatif menentukan metode apa.

Jadi setiap metode beda-beda?

Nggak bisa kita satu metode kita samain. Pukul rata. Begitu juga dengan musik Talempong (Sumatera Barat). Karena aku orang sana kan sedikit mengenal budaya sana, bagaimana karakter masyarakat di sana, bagaimana yang ada di sana. Aku coba studi juga bagaimana hasil penelitian si A si B.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun